Minggu, 11 Maret 2012

menejemen komunikasi


BAB II
PEMBAHASAN
MENEJEMEN KOMINIKASI
A. Pengertian Komunikasi
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.(Suranto : 2005)
Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman bahwa :
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi.
Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.
c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim dan decoding oleh penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
B. Komunikasi  dalam Pembelajaran
Sekolah sebagai salah lembaga pendidikan formal tempat berkomunikasi, dan personil guru sebagai komunikator, diharapkan mencurahkan sebagian besar energinya dalam membantu siswa mengungkapkan fakta-fakta dan menghubungkan satu dengan yang lainnya. Kemampuan guru berkomunikasi dengan siswanya menjadi salah satu komponen dalam profesionalitasnya sebagai tenaga pendidik, karena guru-siswa selalu berinteraksi secara pribadi yang mengkomunikasikan sikap dan perasaan. Sikap dan perasaan guru akan tercetuskan dalam kata-kata dan tindakan–tindakannya yang nonverbal seperti sikap badan, isyarat, raut muka, kontak mata dan nada bicara. Semakin jelas bahwa tuntutan utama pada pihak guru adalah kemampuan mengaplikasikan diri sebagai komunikator yang handal, dan wujudnya adalah komunikasi antar pribadi yang merupakan senjata ampuh dalam memecahkan segala macam kesulitan belajar siswa.
Namun intensitas antar pribadi setiap guru dan siswa ini adalah sangat bervariasi, sehingga perlu diketahui penyebabnya dan alternatif pemecahannya. Konsep ini dilatar belakangi pemikiran bahwa alternatif terbaru dalam pengelolaan pendidikan adalah menekankan kepada kemandirian dan kreativitas guru dan siswa, serta bukan hanya berfokus pada penyediaan faktor input pendidikan, tetapi yang diutamakan adalah proses komunikasi dalam pendidikan.
Tinggi rendahnya mutu pendidikan sesungguhnya tergantung tanggung jawab segenap bangsa, namun sorotan masyarakat dan berbagai media massa, senantiasa diasumsikan sebagai penyebab utama adalah kualitas guru sebagai komunikator pembelajaran. Karena tidak dapat disangkal bahwa pendidikan bergantung pada kegiatan komunikasi yang mempunyai hubungan resiprokal. Proses komunikasi pada dasarnya tidak berbeda dengan dengan roses belajar mengajar. Oleh sebab itu prinsip-prinsip mengajarpun dapat diterapkan dalam komunikasi. Jadi kedudukan komunikasi dalam proses pendidikan dan pembelajaran sangat penting terutama dalam kaitannya dengan proses penyampaian pesan pembelajaran kepada pebelajar. Penyampaian pesan pembelajaran yang dimaksudkan dapat terjadi secara langsung (secara lisan), dan dapat pula terjadi secara tidak langsung atau secara tertulis.
Menurut Natawijaya, bahwa “sebagian besar interaksi antara manusia berlangsung dalam situasi komunikasi antar pribadi.[5] ini berarti semua aspek kehidupan dan pergaulan mementingkan komunikasi antar pribadi. Pada bidang pendidikan pun komunikasi antar pribadi sangat diperlukan karena komunikasi antar pribadi merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha dan oleh karena itu jika guru mampu berkomunikasi secara lebih efektif, dapat dipastikan bahwa ia akan mampu mengelola kegiatan belajar mengajar secara efektif pula.
Suatu harapan dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan peristiwa yang seharusnya muncul setiap saat. Bahkan menurut Mulyana “kemajuan teknologi komunikasi tidak otomatis membuat komunikasi tatap muka tidak penting, karena bentuk komunikasi inilah dapat memupuk keakraban dan kehangatan dengan sesama kita”.[6] Komunikasi ini dapat terjadi antara guru – siswa, atau antara siswa dengan siswa lainnya. Keefektifan komunikasi sangatlah ditentukan dari dua belah pihak yang berkomunikasi. Namun karena guru yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi antar pribadi yang efektif terletak pada kemampuan pribadi guru.
Keberhasilan para guru mengemban tanggung jawab tersebut sangat dipengaruhi dari keterampilan guru itu sendiri di dalam melakukan komunikasi. Kenyataan dalam bidang pendidikan khususnya sering terjadi mis komunikasi antara guru dan siswa, dimana para guru selalu berhadapan dengan siswa-siswi yang prestasi belajarnya tergolong rendah. Kelompok siswa itu berpendapat bahwa penyebab utama prestasi belajar yang rendah adalah ketidakmampuan guru membelajarkan siswa dan pemberian nilai yang tidak adil dari guru.
C. Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.

1. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
a. menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Sokolove dan Sadker seperti dikutip IGAK Wardani dalam bukunya membagi keterampilan antar pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kemampuan untuk Mengungkapkan Perasaan peserta didik
Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam proses belajar mengajar, yang memungkinkan peserta didik mau mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan. Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh dosen dengan dua cara, yaitu menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan aktif. Untuk menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi dorongan positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan peserta didik
Apabila peserta didik telah bebas mengungkapkan problem yang dihadapinya, selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan perasaan mereka tersebut. Untuk kepentingan ini, dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori. Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan tersebut. Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatannya, dan pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatannya.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif, pengajar perlu mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan pembicara.
4) Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1) Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut.
3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
Wiranto Arismunandar dalam pidato Apresiasi Guru Besar ITB (2003) mengatakan bahwa, tantangan bagi dosen adalah bagaimana dapat menjelaskan materi kuliah dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara yang menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi para mahasiswanya. Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang menjelaskan, mahasiswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan benar pula. Mereka yang pandai mendengarkan sangatlah beruntung karena dapat belajar dan mendapatkan informasi lebih banyak. Mahasiswa hendaknya didorong untuk bertanya tentang sesuatu yang belum jelas atau masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dengan demikian dosen dipacu untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan mahasiswa memahami semua materi yang dibahas. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari partisipasi dan kontribusi dari semua yang terlibat. Hal tersebut sangat menarik karena baik dosen maupun mahasiswa senang dan merasa perlu datang kuliah. Secara tidak langsung dosen akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta dapat membaca pikiran atau gagasan mahasiswa (the unborn ideas) serta membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran dan gagasannya tersebut.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.

perbedaan menejemen kelas dan menejemen pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran. Manajemen atau Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.
Begitu pula  manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain.
Dengan demikian Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen kelas anak Selain itu untuk menambah pemahaman penyusun mengenai manajemen kelas dan manajemen pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud manajemen kelas?
2. Apa  fungsi dan tujuan menejemen kelas
3. apa yang dimaksud menejemen pembelajaran?
4. Apa fungsi-fungsi dan tujuan dari manajemen pembelajaran?
5.Apa Perbedaan menejemen kelas dan menejemen pembelajaran ?


BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN KELAS
1. Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.[1] Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan, pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Selain itu juga ada pula pendapat yang dikutip oleh Abudin Nata dalam menejemen pengajaran secara manusiawi mengatakan pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar sesama yang mendapat pengajaran dari guru.[2]hal ini dilakukan sebagai upaya mendayagunakan potensi kelas.
            Dengan demikian menejemen kelas atau pengelolaan kelas dapat kita pahami bahwa merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Berbagai upaya tersebut antara lain mengatur jadwal penggunaa kelas dan berbagai sarana prasarana yang terdapat di dalamnya, serta menertibkan perilaku peserta didik agar mereka berada didalam kelas dalam keadaan yang teratur, rapi dan tertib. Dengan demikian, dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan berbagai kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, maka pengelolaan kelas berkaitan pula upaya menertibkan peserta didik yang bercanda, bergurau, berkelahi, bertengkar, dan berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu jalannya kegiatan proses belajar mengajar. Selain itu, pengelolaan kelas juga termasuk pemberian hadiah bagi ketetapan waktu penyelesasian tugas oleh siswa, atau penetapan norma, kelompok yang produktif.
2. Tujuan menejemen kelas
Adapun tujuan pengelolaan kelas dikemukakan Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang dikutip Rachman (1998/1999: 15), adalah:
a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.
d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan keindividualannya. [3]
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini. Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.
B. MANAJEMEN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan –bahan itu.[4]
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
 Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran.
Selain itu juga Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.[5]
. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran. Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan kegiatan yang terjadi selama proses interaksi guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Pengertian ini bisa dikatakan sebagai konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit.Ada dasarnya manajemen pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti maupun penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional..
2. Fungsi Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang mencakup usaha untuk :
1. Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3. Menulis tujuan belajar.
3. Mengorganisisr Sumber Daya Pembelajaran
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan, yaitu :
1.      Memilih alat taktik yang tepat.

2. Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat.
3. Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat).
4. Memilih strategi yang tepay untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.
Ahmad Tafsir (1992:33) berpendapat bahwa metodologi pengajaran adalah pengetahuan yang membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini metode mengajar adalah :
1. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan.
2. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
3. Merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah taktik atau strategi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik.
Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid.
Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Ceramah.
2. Metode Demontrasi.
3. Metode Diskusi.
4. Metode Tanya-Jawab.
5. Metode Driil atau Latihan Siap.
6. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Belajar.[6]
C. PERBEDAAN MENEJEMEN KELAS DAN MENEJEMEN PEMBELAJARAN
1.      Manajemen atau Pengelolaan kelas merupakan  suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan,pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas.
2.      Manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang. menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi zang sama. Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan ( management ) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran ( instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitiu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di anggap paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan zang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif.


[1] Prof.Dr.abudin nata,Perspekif islam tentang strategi pembelajaran,(jakarta: Kencana media gruop. )2009 :340
[2] Ibid :340
[3] PENGELOLAAN KELAS DALAM RANGKA PROSES BELAJAR MENGAJAR Bahan Training Of Trainers (TOT) NasionalPelatihan Supervisi PendidikanMadrasah Ibtidaiyah dan TsanawiyahBasic Education Project (BEP)Disajikan Tanggal 27 Juni 2001 di Gedung BKMJl. Burangrang No. 17-19 Bandung.Oleh: Drs. H. Johar Permana, M.A.
[4] Ibid
[5] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran/

[6] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran/