Sabtu, 07 Januari 2012

amar ma'ruf nahi mungkar


BAB II
PEMBAHASAN
AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR DALAM TINJAUN PENDIDIKAN
A. Tafsir An-Nahl ,16 :  125 Dan Ali Imran, 3 : 104,110 dan  114
  1. Q.S SURAH AN-NAHL,16 : 125






Artinya : Serulah manusia kepada tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan hikmah, dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui  orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Q.S. al-nahl, 16 : 125)
  1. MUFRADAT
Serulah kepada jalan tuhanmu                             :
Sesungguhnya tuhanmu lebih mengetahu i           :
Siapa yang tersesat                                               :
Yang mendapatkan petunjuk                                 :

3. MUNASABAH
 Dalam ayat –ayat lalu Allah SWT menerangkan tentang Nabi ibrahim as, Sebagai pemimpin yang memiliki sifat-sifat mulia, penganut agama tauhid, dan penegak ketauhidan, Allah SWT juga menjelaskan perinthanya kepada nabi muhammaad saw agar mengikuti agama ibrahim as. Dengan perantara wahyu-Nya. dalam ayat ini, Allah SWT memberikan tuntunan kepada nabi untuk mengajak manusia kepada agama tauhid, agama Nabi ibrahim, yang pribadinya diakui oleh penduduk jazirah arab, yahudi dan nasrani.
  1. TAFSIR ATAU PENJELASAN
Potongan ayat yang berbuyi ......
Maksudnya adalah serulah umatmu wahai para rasul dengan seruan agar melaksanakan syaria’at yang telah ditetapkan berdasarkan wahyu yang diturunkannya, dengan melalui ibarat dan nasehat yang terdapat dalam kitab yang diturunkannya. Dan hadapilah mereka dengan cara yang baik dari lainnya sekalipun mereka menyakitimu, dan sadarkanlah dan apabila  mereka menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.[1]Dalam ayat ini juga, Allah SWT memeberikan pedoman kepada rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah ) kejalan allah dengan  cara hikmah.
Allah  SWT menjelaskan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya dikemudian hari dalam pengembangan tugas  dakwah, yakni sebagai berikut :
Pertama, Allah SWT menjelaskan kepada rasul-Nya bahwa sesunggunya dakwah ini adalah dakwah untuk agama allah sebagai jalan menuju rido-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah ) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan allah dan untuk agama allah semata.
Kedua, Allah SWT menjelaskan kepada rasul allah saw agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti diantaranya :
  1. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesatu. Dengan pengetahuan ini sesatu dapat dinyakini keberadaanya.
  2. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen ) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau subhat (meragukan).
  3. Mengetahui kukum-hukum al-qur’an, paham al-qur’an, paham agama, takut kepada allah, serta benar perkataan dan perbuatan. [2]
  4. Mengetahui keadaan atau sasaran dakwahnya, kesiapan mereka untuk menerima dakwah, serta akhlaknya, tegasnya mengetahui keadaan masyarakat.
Jadi dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu illahi , dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat. [3]
Ketiga, , Allah SWT menjelaskan kepada rasul agar dakwah yang dijalankan  dengan pengajaran yan baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik. Tidak patut jika pengajian meninmbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan jiwa manusia. Orang yang melakukan dosa karena kebodohannya atau ketidaktahuannya, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka dihadapan orang lain sehingga menyakitkan hati. Untuk menghindari kebosanan dalam pengajiannya, rasul saw menyisipkan dan mengolah bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan urutan-urutan pengajian yang berisi  perintah dan larangan tanpa memberikan bahan  pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang hati  untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
Potongan ayat yang berbunyi ...
Maksudnya bahwa sesunggunya tuhanmu wahai para rasul adalah mngetahui dengan cara apa yang berjalan dan diperselisihkan, dan juga lebih mengetahui cara yang harus ditempuh  sesuai yang hak.
      Ringkasan ayat tersebut menyeruh rasuluallah menempuh cara berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik[4]. Suatu contoh perdebatan yang baik adalah perdebatan nabi ibrahim dengan kaumnya yang mengajak meereka berfikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan kebenaran.
      Tidak baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian meninmbulkan suasana yang panas, sebaiknya diciptakan suasana yang nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari kebenaran dapat tercapai dengan memuaskan.
      Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang  dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha mempertahankan  harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa  sehingga dia merasa bahwa harga dirinya dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah menemukan kebenaran kepada agama Allah SWT.
Sedangkan petunjuk ( al-hidayah ) dan kesesatan (al-dlalah ) serta hal-hal yang terjadi diantara keduanya sepenuhnya dikembalikan kepada Allah SWT, karena dialah yang lebih mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya dari kesesatan, dan mengembalikan dirinya kepada petunjuk.[5]
      Inilah akhir dari segala usaha perjuangan itu adalah adalah iman kepada Allah SWT, karena hanya Dia-lah yang menganugrahkan iman kepada jiwa manusia, bukan orang lain ataupun dia sendiri, dia tuhan yang maha mengetahui siapa diantara hamba-hambanya  tidak mempertahankan fitrah insaniyah (iman kepada allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, hingga dia jadi sesat, dan siapa pula di antara hamba-hamba yang fitrah  insaniyahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunjuk (hidayah) Allah SWT.[6]

  1. Q.S . ALI –IMRAN , 3:  104 , 110 dan 114
1. Q.S. ali imran :3,  104





Artinya : Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S ali –imran :104)
Ø      Tafsir atau penjelasan
Maksud dari ayat tersebut adalah hendaklah terdapat suatu golongan yang memilih tugas menegakkan dakwah, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sasaran perintah ayat ini adalah seorang muslim mukallaf, yaitu hendaknya menyiapkan suatu kelompok yang akan melaksanakan perintah ini. Hal yang demikianlah didasarkan pada pandangan bahwa pada setiap orang terdapat kehendak an aktivitas didalam melaksanakan tugas tersebut, dan mendekatkan caranya dengan penuh ketaatan, sehingga jika mereka melihat kesalahan segera meeka kembali kejalan yang benar. Orang -orang islam generasi pertama melaksanakan tugas tersebut dalam rangka mendekatkan diri kepada allah dengan melaksanakan kegiatan sosial pada umumnya. Mereka telah berkutbah diatas mimbar. Mereka berkata, jika engkau melihat orang yang menyimpang, segera meluruskannya.[7]
Dapat dikatakan bahwa kegiatan dakwah tidak apat dilaksanakan kecuali oleh kelompok tertentu (khawas al-ummah ), yaitu orang-orang yang mengetahui rahasia dan hikmah hukum serta memahaminya.orang-orang yang dimaksud adalah orang-orang yang dapat menegakkan hukum allah untuk kemashalatan ahmbanya pada setiap zaman dan tempat berdasarkan pada pengetahuan-penegahuan mereka pada mesjid-mesjid , tempat-tempat ibadah serta hal-hal yang dianggap menguntungkan masyarakat umum. Jika mereka melakukan semua itu, maka terciptalah kebaikan pada umat dan akan jarang terjadi keburukan, akan lembut hatinya, sehingga mereka saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran, serta berbahagia kehidupan didunia dan diakhirat.
Namun perlu kita ketahui bahwa kata                         disisi menunjukkan kepada salah satu dari kedua makna. Pertama An takunu bayaniyyan dalam pengertian min untuk penjelasan. Dengan demikian, pengertian ayat tersebut adalah “ hendaknya semuanya kaum muslimin menjadi umat-umat yang mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran”. Hal ini merupakan dasar pokok kebahagiaan. 
Selain kata min juga menunjukkan perintah untuk menyeru kepada umat manusia seluruhnya untuk menyampaikan risalah muhammad saw. Akan tetapi, hal itu tidaklah menolak adanya spesialisasi sebagian para kaum muslimin untuk memeberikan penjelasan –penjelasan mengenai islam kepada orang yang telah masuk islam. Atas dasar peritah itu, boleh saja dakwah itu dilaksanakan secara berjama’ah  dan individu sesuai dengan kemampuannya. Kemudian jama’ah dapat membentuk ornag-orang yang patut menjadi da’i dan mengadakan studi islam bagi generasi setelah nabi saw . dan harus ada pula  orang yang meminta fatwa kepada orang yang lebih tahu tentang agama yang tidak sempurna.
      Kedua, kata minkum menunjukkan min lit tab’idl, yaitu min yang menunjukkan sebagian. Dalam pengertian ini, maka terjemahan ayat terseut adalah : hendaknya ada sebagian diantara kamu yang secara khusus melaksanakan dakwah islamiah memerintah yang ma’ruf dan melarang yang mungkar”.
      Abu zahra Menjelaskan bahwa makna ayat itu menunujukkan bahw mim  disitu menjelaskan perintah yang menyeru supaya umat manusia menjadi da’i, sebagaimana pendapat yang mengatakan bahwa hendaknya ada orang yang terhormat diantaramu yang mengajak kepada islam dan memberikan petunjuk kepadanya. Dan mereka itulah yang dimaksud dengan orang-orang yang berbahagia.
Dengan  menggunakan dhamir yang mengkhususkan atau dengan kata lain bahwa kebahagian itu hanyalah akan diterima olehmereka dan tidak bagi selainnya, maka hal itu lebih tepat menjadi indikasi bagi seluru umat.             Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ketahui adanya dua hal. Pertama kewajiban yang dilaksanakan setiap orang dalam berdakwah islam, membrikan petunjuk dan berita yang menggembirakan. kedua, hendaknya ada tenaga ahli yang khusus dari kalangan umat islam yang mendakwahkan islam. Mereka itu harus orang-orang yang mempunyai kelebihan  dalam memahami al-qur’an dan dapat menjelaskan secara representif, arif, dan bijaksana.  Sebagaimana nabi muhammad saw yang pada sat itu beliau memelih mus’ab bin amir guna menjadi guru membaca al-qur’an bagi orang-orang madinah.
      Dengan penjelasan tersebut, imam safi’i berpendapat yang mengatakan bahwa dakwah sebagai kewajiban umum atau fardlu ain(tiap individu) dan kewajiban khusus atau fardlu kifayah (hanya bagi sekelompok khusus) dapat dipertemukan. Dalam hubungan ini imam syafi’i berpendapat bahwa kewajiban-kewajiban itu mencakup kewajiban umum dan khusu. Umat manusia terkena seruan dakwah islamisah berdasarkan ayat tersebut. Jika dtinggalkan, dosalah semuanya. Oleh karena itu, wajiblah ada sekelompok khusus yang melakukan dakwah islamiah dan tentu saja semuanya akan mendapatkan dosa manakala para ulama lainnya tidak melakukan hal itu.
2. Q.S ali imran 110







Artinya : kamu adalah umat manusia yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepad yang mungkar , dan beriman kepada allah . sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, tentulah lebih baik bagi mereka , diantara ada yang beriman dan kebanyakan mereka adlah orang yang fasik. (Q.S. ali –imran : 110).
Ø      Tafsiran atau penjelasan
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa kamu sekalian adalah umat yang terbaik dalam keadaan wujud sekarang, karena mereka telah memerintahkan yang baik dan mencegah perbuatan buruk, memiliki keimanan  yang benar yang bekasnya tampak  pada drinya, sehingga mereka menajuhi keburukan dan mendorong berbuat kebaikan .sedangkan yang lainnya telah dikalahkan oleh keburukan dan kerusakan, sehingga mereka tidak dapat menyuruh kebaikan, tidak mencegah kemungkaran dan tidak memiliki keimanan yang benar.
Adapun orang –orang yang meemrintahkan perbuatan yang baik dan melarang yang mungkar  Itulah orang-orang yang termasuk kategori orang yang baik yang telah diperintahkan untuk berdakwah. Kebanyakan mereka adalah para nabi dan sahabat yang meyertainya pada saat ayat tersebut diturunkan. Mereka itulah orang-orang yang semula saling bermusuhan kemudian menyatu hatinya, berpegang pada tali allah, memerintahkan kebaikan dan cegah kemungkaran, tidak takut karena kelemahannya terhadap yang kuat, tidak hilang keberaniannya karena kekecilan terhadap yang benar, sementara keimanan telah menguasai diri dan perasaanya. [8]
     




Artinya : Mereka beriman kepada allah dan hari pengahabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar dan bersegera mengerjakan berbagai kebajikan, mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. ali imran : 114)
Ø      Tafsir atau penjelasan
Mereka yang dimaksud oleh ayat tersebut adalh ahli kitab. Diantara ada yang berpegang teguh kepada kebenaran, menegakkakn keadilan, tidak berbuat zalim kepada orang lain, tidak menyalahi perintah agama, membaca ayat-ayat al-qur’an dan bersujud denga tahajud di malam hari. Mereka juga beriman kepada allah, memerintahkankan yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk.

            Kembali kepada masalah pokok diatas, yaitu tentang amar ma’ruf nahi mungkar. Berbuat ma’ruf diambil dari kata uruf, yang dikenal, yang dapat dimengerti dan dapat dipahami serta diterima oleh masyarakat. Jadi perbuatan yang ma’ruf apabila dikerjakan, dapat diterima dan dapat dipahami oleh manusia serta dipuji, karna begitulah yang patut yang dibuat oleh manusia yang berakal. Sedangkan yang mungkar artinya ialah yang dibenci, yang tidak disenangi, yang ditolak oleh masyarakat, karena tidak patut, tidak pantas, tidak selayaknya dikerjakan oleh manusia berakal. [9]
Menurut al-maragi yang dimaksud dengan al-ma’ruf adalah ma istahsanahu al-syar’wa al-‘aql (sesuatu yang dipandang baik menurut agama dan akal). Sedangkan al-mungkar adalah dlidduhu (lawan atau kebalikan al-ma’ruf).[10]        
            Selanjutnya dalam mu’jam mufradat alfadz al-qur’an, yang dimaksud dengan al-ma’ruf adalah isim li kull fi’yu’rafu bi al- ‘aql aw al-asyar’ busnubu  (nama bagi setiap perbuatan yang diakui mengandung kebaikan menurut pandangan akal dan agama).sedangkan, al-mungkar adalah al-mungkar adalah mayunkiru bihima(sesuatu yang ditentang oleh akal dan agama). Dalam pada itu muhammad abduh mengatakan fa- al amr bi al-ma’ruf w al-nahyu ‘an al-mungkar huffadz  al-jama’ah wa siyaj al- wahdah ( amar ma’ruf nahi mungkar adalah benteng pemelihara umat dann pangkal timbulnya persatuan).
            Dalam pada itu abul ‘ala al maududi berpendapat bahwa kata ,ma’ruf yang jamaknya ma’rufat adalah nama untuk segala kebajikan atau sifat-sifat baik yang sepanjang masa telah diterima dengan baik oleh hati nurani manusia.
            Jadi bahwa amar ma’ruf dapat diartikan sebagai setiap usaha mendorong dan menggerakkan ummat manusia untuk menerima dan melaksanakan hal-hal yang sepanjang masa relah diterima sebagai suatu kebajikan berdasarkan penilaian hati nurani manusia, dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berbeda denagn pendapat yang dikemukakan para pakar terdahulu yang menilai yang menilai bahwa amar ma’ruf bukan hanya di nilai baik berdasarkan hati nurani, melainkan berdasarkan pula pada syariat atau wahyu.
            Dari berbagai pendapat tersebut dapat  disimpulkan  bahwa yang termasuk kategori al-ma’ruf adalah segala sesuatu dalam bentuk  bentuk ucapan, perbuatan, pemikiran dan sebagainya yang dipandang baik menurut syari’at (agama) dan akal pikiran, atau dianggap baik menurut akal nanun sejalan atau tidak bertentangan  dengan syar’at. [11]
            Dengan demikian kebebasan akal dalam menentukan dan menilai suatu kebaikan dibatasi oleh ketentuan agama. Oleh karena boleh jadi ada sesuatu yang menurut akal baik dan menurut syari’at juga baik; dan boleh jadi menurut akal baik tapi menurut syari’at buruk, maka pendapat akal harus dicegah.
            Adapun mungkar mengandung pengertian hal-hal yang mungkar, yang menurut al-madudi  yang dikutip Dr. H. Abudin Nata  adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah dikutuk  oleh watak manusia sebagai jahat.
            Sebagaimana halnya yang munkar pun banyak macamnya yang meliputi kejahatan dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, politik dan sebagainya, seperti memperbodoh, menyengsarakan, dan mendzalimi masyarakat, berbuat curang, berzina, korupsi, manipulasi, menfitnah, memusuhi, minindas, menjatuhkan nama baik, menyudut, memalsukan, dusta, dan lain sebagainya.
            Selanjutnya dikalangan para ahli tafsir pada pakar dakwah pada umumnya kerapkali menghubungkan Amar ma’ruf nahi mungkar dengan kegiatan dakwah, sebagamana telah diuraikan diatas. Bahkan lebih khusus lagi amar ma’ruf nahi mungkar ini digunakan sebagai bagi perumusan pengertian dan tujuan dakwah islamiah.
            Dengan demikian al-ma’ruf adalah segala sesuatu dalam bentuk  bentuk ucapan, perbuatan, pemikiran dan sebagainya yang dipandang baik menurut syari’at (agama) dan akal pikiran, atau dianggap baik menurut akal nanun sejalan atau tidak bertentangan  dengan syar’at.Demikian pula hal- hal yang baik itu juga mencakup usaha-usaha  perawatan orangtua, penyatunan terhadap terhadap orang miskin, perawatan terhadap anak yatim, orang jompo, pemeliharaan kesehatan masyarakat. Termasuk pula hal-hal yang baik itu adalah usaha menyediakan dan memperluas lapangan kerja, usaha meningkatkan penghasilan masyarakat, usaha meingkatkan penghasilan masyarkat, memelihara sarana-sarana yang diperlukan untuk kecerdasan dan pengetahuan masyarakat, mempersiapkan dan memeberikan pembekalan kepada anak-anak degan ilmu, kecakapan dan sifat-sifat yang baik, juga usaha mengadakan dan memelihara sarana yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan pembentukan akhlak dan peningkatan kecerdasan masyrakat. Amar ma’ruf termasuk pula usaha-usaha menciptkan ketengan, perdamaian, tidak saling menggangguserta usaha-usaha menciptakan situasi yang favourable  bagi tumbuh dan berkembangnya hal-hal yang baik itu. [12]
            Dengan demikian kegiatan dakwah  dalam konteks amar ma’ruf  ini mencakup segenap aspek kehidupan masyarakat, baik dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, politik, dan sebaginya.selutuh bidang kehidupan itu harus ditumbuhkan dan dibangun untuk kepentingan serta kesejahteraan umat manusia.
            Selain hal diatas kegiatan dakwah juga harus dibarengi dengan usaha –usaha memusnahkan hal –hal yang munkarat sebagaimana disebut diatas. Usaha dakwah dalam bidang ma’rufat  yakni menyuruh orang lainmelakukan kebaikan jauh lebih ringan dan bahaynya dibandingkan degan usaha dakwah dalam bidang mencegah yang mungkarat, karena kemungkaran yang diserta hawa nafsu dan bujukan syaitan, sedangkan ma’rufat didasarkan pada agama dan akal sehat.  Jadi tidak semua orang mampu mencegah kemungkaran tersebut, dalam hal ini ada beberapa tingkat yang dapat dilakukan sesuai dengan hadist nabi saw yang berbunyi :





 Artinya :Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia mencegahkanya dengan tanganmu, jika kamu tidak sanggup maka dengan lisanmu, dan jika kamu tidak sannggup maka dengan hati(doa), namun yang sedemikian itu termasuk iman yang lemah.(H.R Tirmidzi )
            Dari berbagai penejelasan  ayat diatas dapat kita pahami bahwa dakwah islamiah menjadi kewajiban setiap manusia. Oleh karena itu, diminta atau tidak, ia berkewajiban melakukan dakwah islamiah sesuai dengan kemampuan ilmu dan upayannya, kemudian dengan meminta bantuan dari kalangan kaum muslim. Dengan dakwah mereka itu tampak lebih tegas kemampuannya yang mereka miliki dalam berdakwah dan lebih mengetaui hukum-hukum islam, mengetahui pokok –pokok kebenaran hukum islam, mengerti benar akan seruan kepada islam, sebagai penggugah jiwa (pembangkit semangat perjuangan). Diapun mengetahui bahasa orang-orang yang mereka ajak masuk islam. Mereka mengalami berbagai kesulitan lalu lintas baik didaratan maupun dilautan.
            Dalam kaitan tersebut jelaslah bahwa hukum berdakwah ada yang sifatnya fardlu ‘ain , yaitu dakwah dalam arti mengajak orang lain mengikuti ajaran allah dan rasul-Nya menurut kadar kesanggupan yang dimiliki masing. dakwah dalam arti yang demikian itu dilaksanakan dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan dalam bentuk saja(lisan, tulisan, atau perbuatan) sepanjang mempuyai kesempatan dan peluang. Dan ada yang sifatnya yang fardlu kifayah, yaitu dakwah dalam arti yang terorganisir dengan rapi, terprogram, secara sistematis dan berkesinambungan dan dilaksanakan oleh para ahli yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus.
C. HUBUNGAN DAKWAH DAN PENDIDIKAN
            Sekalipun ayat-ayat tersebut tentang sasaran, ruang lingkup, cara dan hukum berdakwah, naumn ayat tersebut berhubungan erat dengan pendidikan islam. Adapun hubungan dakwah dengan pendidikan islam adalah sebagai berikut

Pertam:a, dilihat dari segi sasarannya, dakwah dan pendidikan memiliki sasaran yang sama, yaitu manusia, bedanya, dalam berdakwah sasarannya terkadang ada yang dikelompokkan. Dalam berdakwah terkadang dilakukakan kedalam  kelompok sasarannya dari berbagai latar belakang jenis kelamin, usia, tingkat kecerdasan, dan lain sebagainya yang berbeda-beda menjadi satu seperti yang terlihat pada dakwah dimasjid- masjid, masjlis taklim dan lain sebagainya. Sedangkan dalam pendidikan sasarannya lebih terklasifikasi berdasarkan perbedaan usia, kecerdasan dan lain sebagainya. Namun demikian ayat-ayat tersebut mengingatkan tentang pentingnya memahami psikologi kelompok sasaran dakwah  yakni  ada kelompok awam, khawas, khawas dan khasil khawas melalui pendidikan.
Kedua, dilihat dari segi ruang lingkup atau materi yang disampaikan dalam dakwah dan pendidikan, tampak memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa ruang lingkup atau materi dakwah dan pendidikan pada intinya harus sejalan dengan al-qur’an dan al-sunnah. Bedanya bahwa ruanglingkup atau materi dalam berdakwah lebih umum atau tidak terperinci dan lebih mengambarkan motivasi secara global. Sedagkan dalam pendidikan ruanglinkup atau materi berdakwah lebih terperinci sebagaimana dituangkan dalam  dan silabi yang harus dicapai pada setiap semester, triwulan dan setiap kali tatap muka. Perbedaan dakwah dan pendidikan dapat diumpamakan dengan obat/ vitamin dan makan nasi. Berdakwah lebih diarahkan pada motivasi agar setiap orang terdorong untuk melaksanakan ajaran, seperti orang yang makan obat agar timbul nafsu makan, dan setelah nafsu makan, maka orang tersebut jangan diberi obat atau vitamin terus, tetapi harus diberi nasi, makanan, minuman dan lain sebaginya.
Ketiga, dari segi tujuannya, antara dakwah dan pendidikan memiliki persamaan dan berbedaan. Dakwah dan pendidikan sama-sama bertujuan mengubah sikap mental manusia dengan cara diberikan motivasi dan ajaran-ajaran, agar orang-orang terbut mau melaksanakan ajaran islam dalam arti seluas-luasnya, sehingga ia dapat melaksanakan ajaran islam dalam arti yang seluas-luasnya, sehingga ia dapat melaksanakan fungsi kekhalifannya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Naumun demikian dalam pendidikan terdapat perumusan pendidikan yang bertingkat-tingkat. Yaitu rumusan tujuan yang bersifat universal, nasional, instituasional, kurikuler, mata pelajaran, pokok bahasan, an sub pokok bahasa. Khiarkis tujuan serupa ini tidak dijmpai dalam rumusan tujuan dakwah. Denga kata lain, didalam pendidikan disamping terdapat tujuan universalyang berjangka panjang dan sulit diukur waktu yang singkat, juga terdapat tujuan yang khusus yang berjangka pendek dan dapat dengan mudah diukur pada setiap setiap akhir pelajaran. Dalam berdakwah, tujuan yang rencanakan tampak bersifat umum, bahkan dalam berdakwah yang tradisonal, tidak terdapat rumusan tujuan sama sekali.
Keempat, dilihat dari degi caranya, terdapat persamaan dan perbedaan antara dakwah dan pendidikan, persamaannya dalam berdakwah sebagaimana dikemukakan diatas paling kurang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu denga hikamah, mau’idxah hasanah dan mujadalah. Didalam pendidikanpun ketiga cara tersebut dapat pula dilakukan. Perbedaannya dalam pendidikan cara atau metode yang digunakan disamping tiga cara tersebut masih banyak lagi bervariasinya, seperti ceramah, diskusi, keteladanan, kisah, sosiodrama,simulasi, problem solving, karya wisata dan lain-lain. Dengan kata lain dalam pendidikan, jauh lebih bervariasi dan berkembang dibandingkan dengan metode dakwah.
Kelima, dilihat dari segi hukumna, terdapat pula persamaan  antara dakwah dan pendidikan, yaitu ada yang termasuk dedalam kategori yang hukumnya wajib bagi semua individu(fardlu ain) dan ada yang hukumnya fardlu kifayah. Dakwah dan pendidikan hukumnya wajib dilakukan oleh setiap individu, manakala dalam dakwah dan pendidikan tersebut bersifat umum, yaitu dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja sesuai keadaan dan kemampuan yang bersangjutan. Dakwah dan pendiidkan hukumnya fardlu kifayah, manakala yang dimaksud dengan dakwah dan pendidikan tersebut dalam arti yang khusus, yaitu dakwah dan pendidikan yang terprogam secara sistematis dan berkesinambungan, ruang lingkup,  sasaran dan tujuan yang khusus, serta perlu keahlian khusus pula bagi orang yang melakukannya.
            Sehubungan hal tersebut, maka perlu adanya kerjasama yang baik dan seerat mungkin antara kegiatan dakwah dengan pendidikan. Harus harus mendorong masyarakat agar mau meingkatkan kuallitas dirinya dengan cara meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan dalam arti yang luas. Demikian pula pendidikan pun harus mendorong masyarakat agar mau melakukan dakwah dan mengamalkan ajaran amar ma’ruf nahi mungkar. Pendidikan islam menepati posisi sentral dalam upaya mensosialisasikan ajaran-ajaran islam, baik secara individu maupun sosial diberbagai aspek kehidupan mansia. Pendidikan islam berkepentingan menginternalisasikan nilai-nilai iman, takwa, dan moral kepada anak didik agar memiliki  komitmen religius yang tinggi dalam mengembangkan pengethuan dan keterampilannya untuk beramal dan berkarya yang paa gilrannya melahirkan budaya yang agamis. Dengan demikian hubungan dakwah dan pendidikan sangatlah erat.

           
             
           
           
             


[1] Abudin nata , tafsir ayat –ayat pendidikan (tafsir al-ayat tarbawi),Jakarta :Pt raja grafindo: 2001 h:172
[2] Dapertemen agama RI, al-qur’an dan tafsirannya,(dapertemn agama RI, jakarta , 2008) h:418
[3] Depertemen agama, ibid :418
[4] DR. h abudin nata, MA,Tafsir ayat-ayat pendidikan (tafsir al-ayat al-tarbawiy), (jakarta : PT raja grafindo persada: jakarta , 2002)h : 172
[5] DR. h abudin nata, MA,Tafsir ayat-ayat pendidikan (tafsir al-ayat al-tarbawiy h : 172
[6]  Dapertemn agama RI , al-qur’an dan tafsirannya , h: 419
[7] Abudin nata
[8] Abudin nata,tasir ayat-ayat pendidikan , h : 175
[9] Prof. Dr.hamka, tafsir al-azhar juz 4 , Jakarta : Pustaka tanjimas, 1983. h: 29
[10] Abudin nata , tafsir ayat –ayat pendidikan h : 178
[11] Abudin nata,  tafsir ayat –ayat pendidikan :178
[12] Ibid : 180

FILSAFAT DEWASA INI (ABAD XIX DAN XX


BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT DEWASA INI (ABAD XIX DAN XX)
  1. Ciri –Ciri Filsafat Dewasa Ini (Abad Xix  Dan Xx )
Filsafat dewasa ini adalah pikiran-pikiran manusia yang tumbuh pada abad ke-19 dan ke-20. Pada peride ini filsafat makin berkembang, dan ditandai dengan kembangnya ilmu- ilmu, yang secara berangsur-angsur memisahkan antara filsafat dengan ilmu.[1] Pengertian science tidak hanya menunjukkan ilmu-ilmu kealaman saja, melainkan juga termasuk ilmu sosial, seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan psikologi sosial, sehingga akhirnya dibedakan antara natural sciences, dan social science.
      Adapun ciri- ciri yang terjadi pada abad ke-19 harun hadiwijono yang dikutip oleh h. Burhanuddin salam , mengemukan sebagai berikut :
  1. Daerah tempat filsafat berkembang menjadi luas, termasuk Amerika dan uni soviet memberi sumbangannya.
  2. Ilmu pengetahuan berkembang cepat sekali, terlebih-lebih lagi dalam bidang geologi, biologi dan kimia organis.
  3. Produksi yang dihasilkan mesin-mesin sangat mengubah manusia dan memberikan  kepada manusia suatu kosepsi baru tentang kuasa dalam hubungan alam dan sekitarnya.
  4. Baik bidang filsafat maupun dibidang politik ada suatu revolusi yang mendalam terhadap sistem-sistem tradisional dalam pemikiran, dalam politik dan ekonomi, yang mengakibatkan adanya serangan-serangan terhadap kepercayaan dan lembaga-lembaga yang hingga sekarang dipandang tak tergoyahkan.
  5. Suatu faktor baru yang tampak pada zaman ini ialah dominasi jerman secara intelektual dimulai oleh kant. Idealisme  setelah kant dan yang kemudian, besar sekali pengaruhnya terhadap sejarah di jerman.
  6. Pada abad ke-17 dikuasai oleh pemikiran galileo dan newton, maka pada abad ke-19 pengaruh darwin besar sekali.
      Sebagaimana dikatakan diatas, bahwa pada abad ke-19 perkembangan ilmu pengetahuan banyak dipengaruhi oleh evolusi darwin.  Sebetulnya teori darwin baru sama sekali, namun merupakan suatu pengembangan dari pandangan-pandangan filosof sebelumnya heraclentos (500 SM) dengan panta rel-nya mengemukakan bahwa segala sesuatu yang akan berubah secara terus menerus, anaximander (610 -540 SM) menekankan pentingnya pertumbuhan biologis empedecles mengajarkan bahwa  kehidupan berkembang dari yang tidak sempurna kepada bentuk yang lebih sempurna.
       Pada zaman modern muncul pandangn-pandangan naturaslitik seperti linnacus memberikan sumbangan yang berharga kepada botani dengan sistem klasifikasinya yang terkenal. Kemudia Buffon percaya bahwa binatang secara langsung dipengaruhi oleh lingkungannya. Sedangkan lamarck (1744 – 1829 ) mengemukakan pandangannya  yang menekankan pentingnya adaptasi dari setiap organisme terhadap lingkungannya.
Yang mempengaruhi pandangan darwin ialah lyell dan mahhus. Lyell mengemukakan bahwa didunia diciptakan bukan karena kekuatan supernatural melainkan karena cara geologisnya saja. Maltus dengan teorinya tentang penduduk, mengemukakan bahwa dimana-mana manusia dihadapkan kepada perjuangan untuk hidup, karena persedian makan secara ilmiah tidak akan mencukupi perkembangan jumlah penduduk secara ilmiah pula.
      Dengan  teori evolusinya, darwin berpendapat bahwa kehidupan makluk hidup, berkembang dari species yang tidak sempurna kepada spesies yang kompleks, kepada kehidupan yang lebih tinggi dan yang sempurna. Dalam perjalanan menuju ke tingkat yang lebih tinggi itu berlaku rumus, “survival of the fiitest”, hanya yang kuat yang dapat hidup.
Teori evolusi darwin memberi dorongan baru dalam studi sosiologi. Seperti kehidupan organisme yang ditentukan oleh lingkungannya, manusia dipandang sebagai bagian dari lembaga- lembaga sosial.
            Makin banyak para ahli sosiologi menyadari bahwa lembaga-lembaga tersebut berada dalam perkembangan yang tidak ada wujudnya. Karena itu bukan sosiologi menurut pengikut darwin tidak berlaku hukum-hukum absolut yang pasti berlaku sepanjang masa. Teori itu nantinya banyak memberikan pengaruh terhadap pragmatisme dari jhon dewey.
  1. Idealisme Jerman
Di jerman muncul filosof- filosof  yang bermaksud meneruskan filsafat kant yaitu : ficte, f. Scelling, dan hegel. Namun filsafat meereka tidak utuh filsafat kant, malah mereka pada akhirnya mereka mempersoalkan metafisika. Maka mereka lebih dikenal dengan sebutan idealisme, karena memprioritaskan ide-ide.
Dari ketiga tokoh diatas, hegel merupakan tokoh yang paling menonjol. Hegel menguraikan filsaafatnya dengan menggunakan metode dialetik. Dengan metode dialetiknya, hegel dapat menganalisis bahwa dalam kehidpuan sehari-hari dalam masyarakat terjadi dialetika. Kalau ada suatu kegiatan yang ekstrim kiri misalnya, maka akan timbul suatu kegiatan atau tindakan yang bertentangan dengan tindakan semula ekstrem kanan, yang pada akhirnya akan timbul kompromi, yang memudahkan antara ekstrem kiri dan ekstrem kanan.
            Kalau kita telusuri filsafat sebelumnya, maka teori dialetika itu dapat berpengaruh dari aristoteles dan kant. Aristoteles sudah menggunakan teori dialetik tersebut dalam menguraikan etikanya. Menurut aristoteles, dalam kehidupan manusia akan mencapai kebahagiaan, kebahagiaan tersebut akan tercapai kalau manusia bertindak secara moderat, berdiri ditengah-ditengah, berusaha untuk mempersatukan antara ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Begitu pla kant, jasanya dalam mensintesiskan mengenai sumbangan pengetahuan antara dua pandangan yang bertentangan antara empirisme dan rasionalisme. Maka dialetika hegel sebetulnya sebagai pengaruh dari aritoteles dan immanuel kant.       Dalam kemasyarakatan, ia termasuk salah seorang yang mempelopori perkembangan sosiologi kearah ilmu yang berdiri sendiri. Menurut hegel negara dan masyarakat hanya sebagai stadium atau tingkat-tingkat penjelmaan cita-cita manusia dalam perkembangan dialetisnya, sebagai cita-cita objektif manusia, yaitu cita-cita leluhur manusia tentang hukum, moral, kesusilaan. Cita-cita tersebut melalui berbagai perkemangan dalam sejarah, namun dapat diselidiki secara logis dengan metode berfikir yang dealektif.
Yang dimaksud dengan perkembangan secara dialektif ialah perkembangan yang terjadi karena pertentangan-pertentangan suatu faktor yang pertama yang terjadi disebut these, akan menimbulkan faktor lain yang disebut anti these, sebagai penentangannya. Sebagai hasil penentangannya antara these dengan anti these, muncullah yang disbut synthese, yang merupakan perpaduan antara these dan anti  these. Hasil synthese ini itu jelas akan memiliki beberapa ciri atau sifat-sifat dari these dan anti these. Setiap peristiwa dalam sejarah akan menimbulkan benih peristiwa lain yang bertentangan. Demikian pula pada hegel.
  1. Positivisme
Pelopor dan filsafat Positivisme ialah Augus comte, yang dalam pemikirannya, terutama masalah kemasyarakatan. Dikatakan positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita selidiki, dapat kita pelajari hanyalah yang berdasarkan fakta-fakta, yang didasarkan data-data yang nyata, yaitu mereka menamakan positif. Apa yang kita ketehui itu hanyalah yang tampak saja, diluar kita tidak perlu mengetahuinya, dan tidak perlu untuk diketahuinya. Positivisme membatasi penyelidikan atau studinya hanya kepada bidang gejala-gejala saja.
      Positivisme sebagai filsafat mengemukakan pandangannya bahwa segala sesuatu yang terjadi berdasarkan hukum-hukum yang dapat dibuktikan dengan observasi, eskprimen, dan verifikasi.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.[2]
Dalam masyarakat dia mengemukakan, bahwa nilai-nlai politik suatu masyarakat dapat dijelaskan secara ilmiah, dengan mengemukakan hukum prubahan historis atau dasar induksi, berdasarkan fakta-fakta yang kita peroleh, kita selidiki dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Maka nilai-nilai tersebut tumbuh dan berkembang didalam suatu proses kehidupan dari suatu masyarakat.  Ada tiga peride perkembangan masyarakat.
1.      Periode organik, dimana mayarakat hidup harmonis dan bersatu, penuh ketentraman dan kedamaian.
2.      Periode krisis, dimana masyarkat hidup dalam suasana yang ditandai dengan ketidak pastian, ketidakpastian aturan hukum, penuh pelanggarn tehadap hak-hak dasar manusia. Nilai-nilai politik dan sosial mengarah kepada egoisme dan anarki.
3.      Peride organisk, dimana masyrakat hidup penuh dengan kedamaian dan keadilan. Hal ini semuanya terjadi karena manunsia dalam kehidupannya berpegang teguh kepada ilmu pengetahuan.

a. Aguste comte
Aguste comte adalah pelopr dari pemikiran positivisme dan ia juga bapak sosiologi yang kita kenal dewasa ini. Comte membatasi pengetahuan pada bidang gejala saja, apa yang kita ketahui secara positif adalah yang tampak, dan semua gejala. Pandangan tersebut diatas didasarkan atas hukum evolusi sejarah manusia, bahwa manusia menurut comte mengalami tiga tingkatan, yaitu :
1.      Tingkatan teologis,
2.      Tingkatan metafisik,
3.      Tingkatan posistif,
Menurut comte, sejarah manusia berkembang secara evolusi dari tingkatan pertama yang disebut tingkatan teologis, yakni dikuasai oleh tahayul dan prasangka, meningkat ketingkat kedua yang disebut tingkatan metafisik, yang sebetulnya masih abstrak dan tingkatan ketiga ialah tingkatan positif, yaitu tingkatan ilmu pengetahuan., dimana dogmatis diganti oleh pengethuan afaktual. Pada periode terakhir ini manusia membatasi dan mendasarkan pengetahuannya kepada apa yang dapat dilihat,diukur, dan dibuktikan.
b. Jhon suart mill (1806-1837)
Aguste comte memberikan suatu landasan sosiologis, maka mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat positivisme. Karena itu mill berpandangan bahwa psikologi merupakan pengethuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya kaum positif, mill mengaku bahwa satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman, karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan menjadi :
1.      Ilmu pengethuan rohani, dan
2.      Ilmu pengetahuan alam.
D.    Materislisme
Karekteristik secara umum dari materialisme pada abad le 18 berdasarkan  pada suatu asumsi bahwa realitaas dapat dikembangkan kepada sifat-sifat materi  yang sedang mengalami perubahan gerak dalam ruang. Asumsi ini berarti  bahwa :
1.      Semua ilmu pengetahuan seperti : biologi, kimia, psikologi, fiSika dan ilmu lainnya ditinjau dari fenomena yang apabila dianalisis lebih jauh, maka terbukti merupakan fenomena meteri yang berhubungan secara kausal (sebab akibat ).  jadi semua ilmu pengetuan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan mekanik.
2.      Apa yang dikatakan “ mind” (jiwa ) dan kegiatan- kegiatannya ( berfikir , memahami ) adalah merupakan gerakan kompleks dari otak. Sistem saraf atau organ –organ jasmani lainnya.
3.      Apa yang kita sebut dengan nilai, cita-cita, makna, dan tujuan, keindahan, kesenangan, sreta kebebasan, hanyalah sekedar nama-nama atau simbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena psikologis maupun sosial adalah bentuk-bentuk tersembunyi dan realisasi dari fisik, hubungan-hubungannya yang berubah secara kausal.
Matearilissme yang akan dipersoalkan disini ialah meterialisme yang merupakan reaksi terhadap idealisme, dimana idealisme  menganggap hakikat realisasi adalah dunia roh,  plato menyebut dunia idea.
a.      Feurbach (1804 - 1872)
Nama lengkapnya adalah ludwing feuerbach. Salah seorang murid hegel, ia berpendapat bahwa filsafat hegel merupakan puncak rasionalisme. Dalam pandangan rasionalisme terdapat suasana religiuas, terutama pada hegel, sehingga dengan suasana dan pandangan yang religius tersebut apa yang disebut dunia materi, serta manusia dan pengalamannya serta pengenalannya indrawinya tidak mendapatkan tempat yang selayaknya.
b.      Kalr mark(1818 – 1883), dan fredich engels (1820-1895)
Sama halnya seperti feuebach, mark dan engeles adalah murid dari hegel, penganut idealisme modern. Ajaran marx dan engels dengan komunismenya memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan politik internasional sampai dewasa ini. Namun 
         Dasar filsafat marx dan engels ialah filsafat hegel yaitu teori dialetika yang disbut dengan dialetika materialis,  

E.     Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari kata yunani yang berarti “action”, dan juga berarti “practice”. Dalam filsafat, pragmatisme adalah suatu aliran yang pertama kali diperkenalkan oleh pierce, selanjutnya dikembangkan oleh william james dan jonh dewey.
a.                  Charles pierce (1839-1914)
Pragmatisme yang diperkenalkan oleh pierce terutama didalam menggunakan bahasa yang berarti, yang dinyatakan dalam kata-kata dan kalimat. Menurut  pierce ada dua arti dalam bahasa, yaitu arti secara psikologis dan arti saecara literal atau secara logika .
Secara psikologis satu kalimat bisa menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang, sedangkan dalam arti logik setiap orang akan memberikan arti atau makna yang sama terhadap kalimat atau kata tersebut.
 Dalam penggunaan bahasa yang mengandung arti logika, tidak cukup hanya dengan memberikan definisi tersebut harus memungkinkan kita berhubungan secara langsung dalam pengalaman, dengan apa yang diartikan  oleh kata-kata atau definisi tersebut. Mendefinisikan istilah secara eksprimen  adalah menggunakan alat dimana kita tapat memadukan arti-arti tanpa membingunkan atau salah tafsir. Apabila seseorang tidak mengerti suatu istilah, kita cukup menjelaskan kondisi eksprimental yang memberi arti terhadap istilah tersebut, sehingga akan terdapat kesepakatan, dan kemampuan mengerti secara universal. Pernyataan yang faktual, merupakan pernyataan yang berarti, apabila mempunyai kemampuan untuk dikaji benar tidaknya secara ilmiah. Adapun tujuan pragmatisme pierce adalah untuk mengatasiv erbalisme yang menyangkut intelektual, dengan cara merumuskan kriteria objektif untuk membeda-bedakan pengertian.
b.            William james ( 1842 - 1910)
James seorang filosof bangsa Amerika berjasa besar dalam memperkenalkan pragmatisme dalam perkembangannya. Dia seorang profesor diHarverd university, dan banyak mengabdikan dirinya untuk pragmatisme. Pragmatisme james disebut juga praktikalisme, sedangkan pragmatisme pierce disebut eksprimentalisme. Pragmatisme james berbeda dengan pierce terutama dalam hal : pierce menggunakan pendekatan dengan matematika dan logika simbolik (bahasa), sedangkan james mengemukakan pendekatan psikologi. Selanjutnya  perbedaan antara james dan pierce dalam mengartikan “praktis” (pratical). Menurut pierce yang dikatakan praktis ialah yang dibuktikan melalui penelitian eskprimental, sedangkan menurut james yang dikatakan praktis ialah yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.
Menurut james, teori merupakan alat untuk memecahkan masalah dalam pengalaman kita. Karena itu teori harus dinilai dalam pengertian mengenai keberhasilan menjalankan fungsinya. Jadi menurut james teori itu benar kalau berfungsi.
      Berbicara tentang kebenaran, kebenaran adalah sesuatu yang terjadi terhadap suatu ide, bukan sebagai ide yang pasti, sebelum seseorag menemukan apakah satu teori berfungsi, tidak diketahui benar atau salahnya.
      Berdasarkan teori kebenaran pragmastis tersebut, kebenaran itu bukan sesuatu yang bersifat statis atau tidak berubah, melainkan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam berbagai fungsi kurun waktu sejarah manusia, teori tertentu dalam berbagai gagasan dapat memuaskan bagi masalah yang terjadi. Namun setelah pengalaman bertambah dan semakin rumit, maka apa yang tadinya benar, meluas dan berkembang mencari kondisi yang baru. Jadi menurut james tidak ada kebenaran yang mutlak, yang Berlaku umum, bersifat tetap, dan berdiri sendiri terlepas dari akal yang mengenal. Kebenran itu akan selalu berubah, sejalan dengan perkembangan pengalaman, karena apa yang dikatakan benar dapat dikoreksi dalam pengalaman berikut.
c.                         Jonh dewwey (1859-1952)
 Setelah james, muncul john dewey dengan suatu pandangan yang disebut instrumentalisme. Ia merupakan seorang pemikir yang berpengaruh pada zamannya, dan ia mengembangkan teori pengetahuan dari sudut peranan biologis dan psikologis. Konsep-konsepnya merupakan bimbingan untuk mengarahkan kegiatan intelektual manusia kearah masalah sosial yang muncul pada waktu.        Menurut dewey, pengalaman tersebut oleh interaksi antara lingkungan dan organisme biologis. Kegiatan berfikir timbul disebabkan terjadinya gangguan terhadap situasi itu, denagn cara membuat hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan selanjutnya. Dewey menegaskan, bahwa berfikir, khususnya berfikir ilmiah, merupakan alat untuk memecahkan masalah.
Pengalaman  manusia membentuk aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Kita mulai berfikir tidak hanya berfikir biasa, melainkan berfikir reflektif (reflektive thinking). Berfikir akan terjadi apabila kita menghadapi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, manusia mempunyai pikiran, akal, atau pendapat. Pikiran atau akal kita gunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga kita mencapai  tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan. Ide atau pikiran itu dirumuskan dalam bentuk hipotesis, atau hipotesis kerja, sebagai alat untuk memcahkan masalah yang konkret.
      Eksprimen merupakan bagian bagian pokok dalam proses pengetahuan. Dengan pragmatisme, john dewey menerapkannya dalam kedalam proses pendidikan. Ia mengembangkan metode problem solving atau metode memcahkan masalah, sebagai penyempurnaan dari metode lama yang sifatnya hannya menuangkan informasi bagi para siswa disekolah. Sebagai hasil penerapannya ini, pendidikan maju pesat. Anak didik tidak hanya saja mendapatkan berbagai disiplin tetapi anak juga diharapkan dengan berbagai situasi yang merupakan kesempatan baginya untuk mengembangkan cara mengatasi kesulitan tersebut. Dalam memecahkan masalah, anak dibawa berfikir melewati beberapa tahap, yang disebut metode berfikir ilmiah sebagai berikut :
1.      Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah.
2.      Menganalis masalah tersebut, dan menyususun hipotesis- hipotesis yang mungkin.
3.      Mengumpulkan datta yang akan membatasi dan memeprjelas masalah.
4.      Menguji dan menganalisis masalah.
5.      Menguji, mencoba, dan membuktikan.
F.  Fenomenologi
Fenomenologi mengemukakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi. Kenyataan atau realisasi tidak harus didekati dengan argumen-argumen, konsep- konsep, dan teori umum, maupun dengan menggunakan pendekatan empiris seperti dengan observasi dan eksprimen. Didalam fenomenologi lebih menunjukkan suatu merode dalam filsafat dibandingkan dengan suatu ajaran.
a.      Edmund hussert
Hussert mencoba menyususun metode yang menyikapkan seolah-olah memperlihatkan keadaan hakiki pada tiap-tiap objek pengetahuan yang mungkin ada, tanpa dicampuri dengan refleksi  dan pengetahuan serta pengalaman sedikitpun sebelumnya. Hussert mencoba menguraikan objek yang dilihatnya yang diluar dengan melepaskan pretensi, bahwa ia sanggup menerangkan segala sesuatu tentang objek tersebut, ia mengabaikan realisasi yang cocokdengan objek tersebut, ia juga melepaskan kepribadiannya yang sebelumnya dapat menghalangi untuk membuka tabir dari objek yang ia amati, ia mencoba melepaskan segala sesuatu yang bukan inti.
Fenomenologi sanggup memberi bahan-bahan pengertian yang murni, yang perlu sebagai dasar bagi segala pemikiran filsafat oleh para penganutnya, fenomenologi dianggap sebagai ilmu dasar.
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, ialah dengan menggunakan intuisi langsung, karena dapat dijadikan kriteria terakhir dalam filsafat. Jadi kesadaran harus dijadikan sebagai dasar filsafat. Menurut hussert fenomenologis sebenarnya merupakan teori tentang fenomena, ia mempelajari apa yang  tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomena.
2.      Scheler
Bagi scheler, metode fenomenologis sama dengan suatu cara tertentu untuk memandang realitas. Fenomenologi lebih merupakan sikap, bukan suatu prosedur khusus yang diikuti oleh pemikran (diskusi, induksi, observasi, dan lain-lain teknik bberfikir).  Dalam sikap ini kita mengadakan hubungan langsung dengan realistis berdasarkan intuiasi. Dimana scheler menyebutkan hubungan tersebut dengan “pengalaman fenomenologis”.
Menurut shceler ada tiga fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman fenomenologis, yaitu :
1.      Fakta natural.
2.      Fakta ilmiah.
3.      Fakta fenomenologis.
G.    Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan beroangka kepada eksistensi. Eksistensi adalah cara manusia berada didalam dunia. Cara berada manusia didunia, berbeda dengan cara beradanya benda-benda material. Keberadaan benda-benda material. Keberadaan benda-benda tersebut tidak sadar akan adanya dirinya tersebut, dan juga tidak akan komunikasi satu sama lainnya. Tidak demikian berada manusia didunia ini. Manusia berada bersama manusia, dan benda –benda itu akan berarti karena manusia. Eksistensialisme berasal dari pemikiran soren kierkegard.
Bagi eksistensialisme, benda-benda materi, alam pisik, dunia yang terpisah dari manusia, tidak akan bermakna atau tidak akan mempunyai tujuan. Jadi dunia ini hanya akan bermakna karena manusia. Eksistensialisme mengakui bahwa apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan adalah cukup asli, namun tidak memiliki makna kemanusiaan seara langsung. Demikian dikemukakan oleh kneller.
Paham ini memeiliki pandangan yang berbeda-beda, namun ddemikian pandangan-pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan diantaranya :
1.      Motif pokok ialah apa yang disebut dengan eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi, eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada mausia, karena itu bersifat humanis.
2.      Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan.
3.      Dalam filsafat eksitensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah relaitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat kepadadunia sekitarnya, terlebih  kepada manusia sesamanya.
4.      Filsafat eksitensialisme memberikan tekan kepada pengalaman yang konkret, pengalaman yang eksistensial.
Berbicara tentang nilai, eksistensialme menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensial untuk suatu tindakan. Demikian kata martin buber, memang manusia meliki kebebasan untuk memilih sesuatu, tetapi menentukan pilihan antara pilihan-pilihan yang baik adalah yang paling sukar. Berbuat itu akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya.
      Mengenai teori pengetahuan, eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh fenomenologis, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana yang dinampakkan diri dari benda-benda tersebut terhadap kesadaran kita. Menurut eksistensialisme, pengetahuan kita tergantung kepada pemahaman kita tentang realitas, tergantung pada interpretasi kita tentang realistas.
H.  Filsafat Pancasila  Dipakai Sebagai Dasar Negara Indonesia
Menurut sejarahnya, pancasila diadakan atau dirumuskan dengan tujuan untuk  dipakai sebagai dasar negara indonesia merdeka ( republik indonesia). Bukti –bukti sejarah yang menyatakan bahwa pancasila adalah dasar negara republik indonesia dapat disampaikan diantaranya  sebagai berikut :
1.      Dalam pembukaan sidang pertama badan penyelidik usaha –usaha persiapan kemerdekaan tanggal 29 mei 1945,Dr.K.R.T rajiman wedyodiningrat sebagai ketua badan penyelidik mwminta agar sidang BPUPK mengemukakan daar indonesia merdeka.
2.      Pada tanggal 29 mei 1995 mr. Muhammad yamin pada permulaan pidato dalam sidang badan penyelidik, mengatakan sebagai berikut, “ kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan- bahan yang menjadi dasar dan susunan negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat indonesia dengan korban darah daging sejak ratus-ratus tahun...”
Dengan menunjukkan bukti-bukti atau data-data sejarah pancasila kepada kita, bahwa memang asal mula atau tujuan untuk dipergukan sebagai dasar negara kita, yakni daar republik indonesia.
Dalam abad ini perlu di kembangkan, bahwa pancasila sebagai dasar negara itu digali dari pandangan hidup bangsa indonesia. Oleh sebab itu pada hakikatnya pancasila mempuyai dua pengertian pokok, yaitu pancasila sebagai dasar negara, dan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Penyebutan atau pengertian yang bermacam-macam yang dihubungkan dengan pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok tersebut diatas, dan kira dapat dirumuskan secara sistematis sebagai berikut:
d.      Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia.
e.       Pancasila sebagai kepribadian indonesia.
f.       Pansila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia.
g.      Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia (dasar falsafah negara republik indonesia).
h.      Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dari negara republik indonesia.
i.        Pancasila sebagaperjanjian luhur bangsa indonesia.
j.        Pancasila sebagai falsafah hidup yang memeprsatukan bangsa indonesia.
 Dari uraian ditas dilihat dari segi positifnya, ini berarti pancasila dapat diterima dan dipergunakan bangsa indonesia dalam segala bidang kehidupan.dianatranya adalah bahwa pancasila dapat diperguanakan sebaga alat pemersatu bangsa indonesia, karena didalam pancasila juga terdapat asas-asas persatuan dan kesatuan bagi kehidupan bersama segenap bangsa indonesia, sehingga dengan pancasila persatuan dan kesatuan bangsa indonesia menjadi kukuh dan kekal,  itulah sebabnya, maka falsafah pancasila telah diangkat dari falsafah bangsa menjadi dasar negara republik indonesia.




[1] H. Burhanuddin salam, logika materiil(filsafat pengetahuan ),(bandung:PT rineka cipta, 1997) h:188
[2] http://initialdastroboy.wordpress.com/2011/03/30/aliran-positivisme-dalam-teori-sejarah/