BAB II
PEMBAHASAN
MENEJEMEN KOMINIKASI
A. Pengertian Komunikasi
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai
definisi komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai
pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana,
sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi
berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya
dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang
berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang
dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna
kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena
untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion
dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan
seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan
sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau
berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai
proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber
kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada
dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan
proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup
terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil.
Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim
dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.(Suranto : 2005)
Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan
tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman bahwa :
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
penyampaian informasi.
Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan
komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara
penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi
komponen yang menentukan.
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan
dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki
peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan
atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.
c. Komunikasi
diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan
penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut
adanya proses encoding oleh pengirim dan decoding oleh penerima,
sehingga informasi dapat bermakna.
B. Komunikasi dalam Pembelajaran
Sekolah sebagai salah
lembaga pendidikan formal tempat berkomunikasi, dan personil guru sebagai komunikator,
diharapkan mencurahkan sebagian besar energinya dalam membantu siswa mengungkapkan
fakta-fakta dan menghubungkan satu dengan yang lainnya. Kemampuan guru
berkomunikasi dengan siswanya menjadi salah satu komponen dalam
profesionalitasnya sebagai tenaga pendidik, karena guru-siswa selalu
berinteraksi secara pribadi yang mengkomunikasikan sikap dan perasaan. Sikap
dan perasaan guru akan tercetuskan dalam kata-kata dan tindakan–tindakannya
yang nonverbal seperti sikap badan, isyarat, raut muka, kontak mata dan nada
bicara. Semakin jelas bahwa tuntutan utama pada pihak guru adalah kemampuan
mengaplikasikan diri sebagai komunikator yang handal, dan wujudnya adalah
komunikasi antar pribadi yang merupakan senjata ampuh dalam memecahkan segala
macam kesulitan belajar siswa.
Namun intensitas antar
pribadi setiap guru dan siswa ini adalah sangat bervariasi, sehingga perlu
diketahui penyebabnya dan alternatif pemecahannya. Konsep ini dilatar belakangi
pemikiran bahwa alternatif terbaru dalam pengelolaan pendidikan adalah menekankan kepada kemandirian dan kreativitas guru dan siswa, serta
bukan hanya berfokus pada penyediaan faktor input pendidikan, tetapi yang diutamakan adalah proses komunikasi dalam pendidikan.
Tinggi rendahnya mutu
pendidikan sesungguhnya tergantung tanggung jawab segenap bangsa, namun sorotan
masyarakat dan berbagai media massa, senantiasa diasumsikan sebagai penyebab
utama adalah kualitas guru sebagai komunikator pembelajaran. Karena tidak dapat
disangkal bahwa pendidikan bergantung pada kegiatan komunikasi yang mempunyai
hubungan resiprokal. Proses komunikasi pada dasarnya tidak berbeda dengan
dengan roses belajar mengajar. Oleh sebab itu prinsip-prinsip mengajarpun dapat
diterapkan dalam komunikasi. Jadi kedudukan komunikasi dalam proses pendidikan
dan pembelajaran sangat penting terutama dalam kaitannya dengan proses
penyampaian pesan pembelajaran kepada pebelajar. Penyampaian pesan pembelajaran
yang dimaksudkan dapat terjadi secara langsung (secara lisan), dan dapat pula
terjadi secara tidak langsung atau secara tertulis.
Menurut Natawijaya,
bahwa “sebagian besar interaksi antara manusia berlangsung dalam situasi
komunikasi antar pribadi.[5] ini berarti semua aspek kehidupan dan pergaulan mementingkan komunikasi
antar pribadi. Pada bidang pendidikan pun komunikasi antar pribadi sangat
diperlukan karena komunikasi antar pribadi merupakan salah satu kunci
keberhasilan usaha dan oleh karena itu jika guru mampu berkomunikasi secara
lebih efektif, dapat dipastikan bahwa ia akan mampu mengelola kegiatan belajar
mengajar secara efektif pula.
Suatu harapan dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan peristiwa yang
seharusnya muncul setiap saat. Bahkan menurut Mulyana “kemajuan teknologi
komunikasi tidak otomatis membuat komunikasi tatap muka tidak penting, karena
bentuk komunikasi inilah dapat memupuk keakraban dan kehangatan dengan sesama
kita”.[6] Komunikasi ini dapat terjadi antara guru – siswa, atau antara siswa dengan
siswa lainnya. Keefektifan komunikasi sangatlah ditentukan dari dua belah pihak
yang berkomunikasi. Namun karena guru yang memegang kendali kelas, maka
tanggung jawab terjadinya komunikasi antar pribadi yang efektif terletak pada
kemampuan pribadi guru.
Keberhasilan para guru
mengemban tanggung jawab tersebut sangat dipengaruhi dari keterampilan guru itu
sendiri di dalam melakukan komunikasi. Kenyataan dalam bidang pendidikan khususnya
sering terjadi mis komunikasi antara guru dan siswa, dimana para guru selalu
berhadapan dengan siswa-siswi yang prestasi belajarnya tergolong rendah.
Kelompok siswa itu berpendapat bahwa penyebab utama prestasi belajar yang
rendah adalah ketidakmampuan guru membelajarkan siswa dan pemberian nilai yang
tidak adil dari guru.
C. Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Proses Komunikasi
Komunikasi
adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan
tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan
interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
1. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator
dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam
komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas,
sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini
menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang
disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan
situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus
sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan
disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak
yang menerima informasi cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut
bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya
dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak
berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)
Menurut
Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti
bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang
suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”.
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
a.
menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b.
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan
yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan
dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan
dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki
oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini
berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat
hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif
apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar
pribadi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung
dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali
kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan
efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban
tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan
komunikasi ini.
Sokolove dan
Sadker seperti dikutip IGAK Wardani dalam bukunya membagi keterampilan antar
pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kemampuan untuk Mengungkapkan Perasaan peserta didik
Kemampuan ini berkaitan dengan
penciptaan iklim yang positif dalam proses belajar mengajar, yang memungkinkan
peserta didik mau mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa
merasa dipaksa atau dipojokkan. Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh dosen
dengan dua cara, yaitu menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan
aktif. Untuk menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi
dorongan positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan peserta
didik
Apabila peserta didik telah bebas mengungkapkan problem
yang dihadapinya, selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi
ungkapan perasaan mereka tersebut. Untuk kepentingan ini, dosen perlu
menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan
inventori. Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang menyebabkan orang
melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan
dari perbuatan tersebut. Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan
pikirannya, pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi
pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatannya, dan pertanyaan yang menggiring
mahasiswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan
perbuatannya.
Agar dapat
merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif, pengajar perlu
mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari
pembicara.
3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang
diperlihatkan pembicara.
4)
Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri
tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan
perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga nada
suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7) Meminta
klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1) Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
2) Melatih
perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku
tersebut.
3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku
alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap
perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi
mahasiswa.
Wiranto Arismunandar dalam pidato Apresiasi Guru Besar
ITB (2003) mengatakan bahwa, tantangan bagi dosen adalah bagaimana dapat
menjelaskan materi kuliah dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara
yang menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi para mahasiswanya. Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar
kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang
menjelaskan, mahasiswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi
silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting
serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta
menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan
benar pula. Mereka yang pandai mendengarkan sangatlah beruntung karena dapat
belajar dan mendapatkan informasi lebih banyak. Mahasiswa hendaknya
didorong untuk bertanya tentang sesuatu yang belum jelas atau masih memerlukan
penjelasan lebih lanjut. Dengan demikian dosen dipacu untuk senantiasa
mengikuti perkembangan dan mahasiswa memahami semua materi yang dibahas. Dari
hal tersebut dapat dilihat bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari
partisipasi dan kontribusi dari semua yang terlibat. Hal tersebut sangat
menarik karena baik dosen maupun mahasiswa senang dan merasa perlu datang
kuliah. Secara tidak langsung dosen akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
serta dapat membaca pikiran atau gagasan mahasiswa (the unborn ideas)
serta membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran dan gagasannya tersebut.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran
sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah
antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar
dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur
pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan
memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media,
serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.