Sabtu, 07 Januari 2012

FILSAFAT DEWASA INI (ABAD XIX DAN XX


BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT DEWASA INI (ABAD XIX DAN XX)
  1. Ciri –Ciri Filsafat Dewasa Ini (Abad Xix  Dan Xx )
Filsafat dewasa ini adalah pikiran-pikiran manusia yang tumbuh pada abad ke-19 dan ke-20. Pada peride ini filsafat makin berkembang, dan ditandai dengan kembangnya ilmu- ilmu, yang secara berangsur-angsur memisahkan antara filsafat dengan ilmu.[1] Pengertian science tidak hanya menunjukkan ilmu-ilmu kealaman saja, melainkan juga termasuk ilmu sosial, seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan psikologi sosial, sehingga akhirnya dibedakan antara natural sciences, dan social science.
      Adapun ciri- ciri yang terjadi pada abad ke-19 harun hadiwijono yang dikutip oleh h. Burhanuddin salam , mengemukan sebagai berikut :
  1. Daerah tempat filsafat berkembang menjadi luas, termasuk Amerika dan uni soviet memberi sumbangannya.
  2. Ilmu pengetahuan berkembang cepat sekali, terlebih-lebih lagi dalam bidang geologi, biologi dan kimia organis.
  3. Produksi yang dihasilkan mesin-mesin sangat mengubah manusia dan memberikan  kepada manusia suatu kosepsi baru tentang kuasa dalam hubungan alam dan sekitarnya.
  4. Baik bidang filsafat maupun dibidang politik ada suatu revolusi yang mendalam terhadap sistem-sistem tradisional dalam pemikiran, dalam politik dan ekonomi, yang mengakibatkan adanya serangan-serangan terhadap kepercayaan dan lembaga-lembaga yang hingga sekarang dipandang tak tergoyahkan.
  5. Suatu faktor baru yang tampak pada zaman ini ialah dominasi jerman secara intelektual dimulai oleh kant. Idealisme  setelah kant dan yang kemudian, besar sekali pengaruhnya terhadap sejarah di jerman.
  6. Pada abad ke-17 dikuasai oleh pemikiran galileo dan newton, maka pada abad ke-19 pengaruh darwin besar sekali.
      Sebagaimana dikatakan diatas, bahwa pada abad ke-19 perkembangan ilmu pengetahuan banyak dipengaruhi oleh evolusi darwin.  Sebetulnya teori darwin baru sama sekali, namun merupakan suatu pengembangan dari pandangan-pandangan filosof sebelumnya heraclentos (500 SM) dengan panta rel-nya mengemukakan bahwa segala sesuatu yang akan berubah secara terus menerus, anaximander (610 -540 SM) menekankan pentingnya pertumbuhan biologis empedecles mengajarkan bahwa  kehidupan berkembang dari yang tidak sempurna kepada bentuk yang lebih sempurna.
       Pada zaman modern muncul pandangn-pandangan naturaslitik seperti linnacus memberikan sumbangan yang berharga kepada botani dengan sistem klasifikasinya yang terkenal. Kemudia Buffon percaya bahwa binatang secara langsung dipengaruhi oleh lingkungannya. Sedangkan lamarck (1744 – 1829 ) mengemukakan pandangannya  yang menekankan pentingnya adaptasi dari setiap organisme terhadap lingkungannya.
Yang mempengaruhi pandangan darwin ialah lyell dan mahhus. Lyell mengemukakan bahwa didunia diciptakan bukan karena kekuatan supernatural melainkan karena cara geologisnya saja. Maltus dengan teorinya tentang penduduk, mengemukakan bahwa dimana-mana manusia dihadapkan kepada perjuangan untuk hidup, karena persedian makan secara ilmiah tidak akan mencukupi perkembangan jumlah penduduk secara ilmiah pula.
      Dengan  teori evolusinya, darwin berpendapat bahwa kehidupan makluk hidup, berkembang dari species yang tidak sempurna kepada spesies yang kompleks, kepada kehidupan yang lebih tinggi dan yang sempurna. Dalam perjalanan menuju ke tingkat yang lebih tinggi itu berlaku rumus, “survival of the fiitest”, hanya yang kuat yang dapat hidup.
Teori evolusi darwin memberi dorongan baru dalam studi sosiologi. Seperti kehidupan organisme yang ditentukan oleh lingkungannya, manusia dipandang sebagai bagian dari lembaga- lembaga sosial.
            Makin banyak para ahli sosiologi menyadari bahwa lembaga-lembaga tersebut berada dalam perkembangan yang tidak ada wujudnya. Karena itu bukan sosiologi menurut pengikut darwin tidak berlaku hukum-hukum absolut yang pasti berlaku sepanjang masa. Teori itu nantinya banyak memberikan pengaruh terhadap pragmatisme dari jhon dewey.
  1. Idealisme Jerman
Di jerman muncul filosof- filosof  yang bermaksud meneruskan filsafat kant yaitu : ficte, f. Scelling, dan hegel. Namun filsafat meereka tidak utuh filsafat kant, malah mereka pada akhirnya mereka mempersoalkan metafisika. Maka mereka lebih dikenal dengan sebutan idealisme, karena memprioritaskan ide-ide.
Dari ketiga tokoh diatas, hegel merupakan tokoh yang paling menonjol. Hegel menguraikan filsaafatnya dengan menggunakan metode dialetik. Dengan metode dialetiknya, hegel dapat menganalisis bahwa dalam kehidpuan sehari-hari dalam masyarakat terjadi dialetika. Kalau ada suatu kegiatan yang ekstrim kiri misalnya, maka akan timbul suatu kegiatan atau tindakan yang bertentangan dengan tindakan semula ekstrem kanan, yang pada akhirnya akan timbul kompromi, yang memudahkan antara ekstrem kiri dan ekstrem kanan.
            Kalau kita telusuri filsafat sebelumnya, maka teori dialetika itu dapat berpengaruh dari aristoteles dan kant. Aristoteles sudah menggunakan teori dialetik tersebut dalam menguraikan etikanya. Menurut aristoteles, dalam kehidupan manusia akan mencapai kebahagiaan, kebahagiaan tersebut akan tercapai kalau manusia bertindak secara moderat, berdiri ditengah-ditengah, berusaha untuk mempersatukan antara ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Begitu pla kant, jasanya dalam mensintesiskan mengenai sumbangan pengetahuan antara dua pandangan yang bertentangan antara empirisme dan rasionalisme. Maka dialetika hegel sebetulnya sebagai pengaruh dari aritoteles dan immanuel kant.       Dalam kemasyarakatan, ia termasuk salah seorang yang mempelopori perkembangan sosiologi kearah ilmu yang berdiri sendiri. Menurut hegel negara dan masyarakat hanya sebagai stadium atau tingkat-tingkat penjelmaan cita-cita manusia dalam perkembangan dialetisnya, sebagai cita-cita objektif manusia, yaitu cita-cita leluhur manusia tentang hukum, moral, kesusilaan. Cita-cita tersebut melalui berbagai perkemangan dalam sejarah, namun dapat diselidiki secara logis dengan metode berfikir yang dealektif.
Yang dimaksud dengan perkembangan secara dialektif ialah perkembangan yang terjadi karena pertentangan-pertentangan suatu faktor yang pertama yang terjadi disebut these, akan menimbulkan faktor lain yang disebut anti these, sebagai penentangannya. Sebagai hasil penentangannya antara these dengan anti these, muncullah yang disbut synthese, yang merupakan perpaduan antara these dan anti  these. Hasil synthese ini itu jelas akan memiliki beberapa ciri atau sifat-sifat dari these dan anti these. Setiap peristiwa dalam sejarah akan menimbulkan benih peristiwa lain yang bertentangan. Demikian pula pada hegel.
  1. Positivisme
Pelopor dan filsafat Positivisme ialah Augus comte, yang dalam pemikirannya, terutama masalah kemasyarakatan. Dikatakan positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita selidiki, dapat kita pelajari hanyalah yang berdasarkan fakta-fakta, yang didasarkan data-data yang nyata, yaitu mereka menamakan positif. Apa yang kita ketehui itu hanyalah yang tampak saja, diluar kita tidak perlu mengetahuinya, dan tidak perlu untuk diketahuinya. Positivisme membatasi penyelidikan atau studinya hanya kepada bidang gejala-gejala saja.
      Positivisme sebagai filsafat mengemukakan pandangannya bahwa segala sesuatu yang terjadi berdasarkan hukum-hukum yang dapat dibuktikan dengan observasi, eskprimen, dan verifikasi.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.[2]
Dalam masyarakat dia mengemukakan, bahwa nilai-nlai politik suatu masyarakat dapat dijelaskan secara ilmiah, dengan mengemukakan hukum prubahan historis atau dasar induksi, berdasarkan fakta-fakta yang kita peroleh, kita selidiki dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Maka nilai-nilai tersebut tumbuh dan berkembang didalam suatu proses kehidupan dari suatu masyarakat.  Ada tiga peride perkembangan masyarakat.
1.      Periode organik, dimana mayarakat hidup harmonis dan bersatu, penuh ketentraman dan kedamaian.
2.      Periode krisis, dimana masyarkat hidup dalam suasana yang ditandai dengan ketidak pastian, ketidakpastian aturan hukum, penuh pelanggarn tehadap hak-hak dasar manusia. Nilai-nilai politik dan sosial mengarah kepada egoisme dan anarki.
3.      Peride organisk, dimana masyrakat hidup penuh dengan kedamaian dan keadilan. Hal ini semuanya terjadi karena manunsia dalam kehidupannya berpegang teguh kepada ilmu pengetahuan.

a. Aguste comte
Aguste comte adalah pelopr dari pemikiran positivisme dan ia juga bapak sosiologi yang kita kenal dewasa ini. Comte membatasi pengetahuan pada bidang gejala saja, apa yang kita ketahui secara positif adalah yang tampak, dan semua gejala. Pandangan tersebut diatas didasarkan atas hukum evolusi sejarah manusia, bahwa manusia menurut comte mengalami tiga tingkatan, yaitu :
1.      Tingkatan teologis,
2.      Tingkatan metafisik,
3.      Tingkatan posistif,
Menurut comte, sejarah manusia berkembang secara evolusi dari tingkatan pertama yang disebut tingkatan teologis, yakni dikuasai oleh tahayul dan prasangka, meningkat ketingkat kedua yang disebut tingkatan metafisik, yang sebetulnya masih abstrak dan tingkatan ketiga ialah tingkatan positif, yaitu tingkatan ilmu pengetahuan., dimana dogmatis diganti oleh pengethuan afaktual. Pada periode terakhir ini manusia membatasi dan mendasarkan pengetahuannya kepada apa yang dapat dilihat,diukur, dan dibuktikan.
b. Jhon suart mill (1806-1837)
Aguste comte memberikan suatu landasan sosiologis, maka mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat positivisme. Karena itu mill berpandangan bahwa psikologi merupakan pengethuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya kaum positif, mill mengaku bahwa satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman, karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan menjadi :
1.      Ilmu pengethuan rohani, dan
2.      Ilmu pengetahuan alam.
D.    Materislisme
Karekteristik secara umum dari materialisme pada abad le 18 berdasarkan  pada suatu asumsi bahwa realitaas dapat dikembangkan kepada sifat-sifat materi  yang sedang mengalami perubahan gerak dalam ruang. Asumsi ini berarti  bahwa :
1.      Semua ilmu pengetahuan seperti : biologi, kimia, psikologi, fiSika dan ilmu lainnya ditinjau dari fenomena yang apabila dianalisis lebih jauh, maka terbukti merupakan fenomena meteri yang berhubungan secara kausal (sebab akibat ).  jadi semua ilmu pengetuan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan mekanik.
2.      Apa yang dikatakan “ mind” (jiwa ) dan kegiatan- kegiatannya ( berfikir , memahami ) adalah merupakan gerakan kompleks dari otak. Sistem saraf atau organ –organ jasmani lainnya.
3.      Apa yang kita sebut dengan nilai, cita-cita, makna, dan tujuan, keindahan, kesenangan, sreta kebebasan, hanyalah sekedar nama-nama atau simbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena psikologis maupun sosial adalah bentuk-bentuk tersembunyi dan realisasi dari fisik, hubungan-hubungannya yang berubah secara kausal.
Matearilissme yang akan dipersoalkan disini ialah meterialisme yang merupakan reaksi terhadap idealisme, dimana idealisme  menganggap hakikat realisasi adalah dunia roh,  plato menyebut dunia idea.
a.      Feurbach (1804 - 1872)
Nama lengkapnya adalah ludwing feuerbach. Salah seorang murid hegel, ia berpendapat bahwa filsafat hegel merupakan puncak rasionalisme. Dalam pandangan rasionalisme terdapat suasana religiuas, terutama pada hegel, sehingga dengan suasana dan pandangan yang religius tersebut apa yang disebut dunia materi, serta manusia dan pengalamannya serta pengenalannya indrawinya tidak mendapatkan tempat yang selayaknya.
b.      Kalr mark(1818 – 1883), dan fredich engels (1820-1895)
Sama halnya seperti feuebach, mark dan engeles adalah murid dari hegel, penganut idealisme modern. Ajaran marx dan engels dengan komunismenya memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan politik internasional sampai dewasa ini. Namun 
         Dasar filsafat marx dan engels ialah filsafat hegel yaitu teori dialetika yang disbut dengan dialetika materialis,  

E.     Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari kata yunani yang berarti “action”, dan juga berarti “practice”. Dalam filsafat, pragmatisme adalah suatu aliran yang pertama kali diperkenalkan oleh pierce, selanjutnya dikembangkan oleh william james dan jonh dewey.
a.                  Charles pierce (1839-1914)
Pragmatisme yang diperkenalkan oleh pierce terutama didalam menggunakan bahasa yang berarti, yang dinyatakan dalam kata-kata dan kalimat. Menurut  pierce ada dua arti dalam bahasa, yaitu arti secara psikologis dan arti saecara literal atau secara logika .
Secara psikologis satu kalimat bisa menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang, sedangkan dalam arti logik setiap orang akan memberikan arti atau makna yang sama terhadap kalimat atau kata tersebut.
 Dalam penggunaan bahasa yang mengandung arti logika, tidak cukup hanya dengan memberikan definisi tersebut harus memungkinkan kita berhubungan secara langsung dalam pengalaman, dengan apa yang diartikan  oleh kata-kata atau definisi tersebut. Mendefinisikan istilah secara eksprimen  adalah menggunakan alat dimana kita tapat memadukan arti-arti tanpa membingunkan atau salah tafsir. Apabila seseorang tidak mengerti suatu istilah, kita cukup menjelaskan kondisi eksprimental yang memberi arti terhadap istilah tersebut, sehingga akan terdapat kesepakatan, dan kemampuan mengerti secara universal. Pernyataan yang faktual, merupakan pernyataan yang berarti, apabila mempunyai kemampuan untuk dikaji benar tidaknya secara ilmiah. Adapun tujuan pragmatisme pierce adalah untuk mengatasiv erbalisme yang menyangkut intelektual, dengan cara merumuskan kriteria objektif untuk membeda-bedakan pengertian.
b.            William james ( 1842 - 1910)
James seorang filosof bangsa Amerika berjasa besar dalam memperkenalkan pragmatisme dalam perkembangannya. Dia seorang profesor diHarverd university, dan banyak mengabdikan dirinya untuk pragmatisme. Pragmatisme james disebut juga praktikalisme, sedangkan pragmatisme pierce disebut eksprimentalisme. Pragmatisme james berbeda dengan pierce terutama dalam hal : pierce menggunakan pendekatan dengan matematika dan logika simbolik (bahasa), sedangkan james mengemukakan pendekatan psikologi. Selanjutnya  perbedaan antara james dan pierce dalam mengartikan “praktis” (pratical). Menurut pierce yang dikatakan praktis ialah yang dibuktikan melalui penelitian eskprimental, sedangkan menurut james yang dikatakan praktis ialah yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.
Menurut james, teori merupakan alat untuk memecahkan masalah dalam pengalaman kita. Karena itu teori harus dinilai dalam pengertian mengenai keberhasilan menjalankan fungsinya. Jadi menurut james teori itu benar kalau berfungsi.
      Berbicara tentang kebenaran, kebenaran adalah sesuatu yang terjadi terhadap suatu ide, bukan sebagai ide yang pasti, sebelum seseorag menemukan apakah satu teori berfungsi, tidak diketahui benar atau salahnya.
      Berdasarkan teori kebenaran pragmastis tersebut, kebenaran itu bukan sesuatu yang bersifat statis atau tidak berubah, melainkan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam berbagai fungsi kurun waktu sejarah manusia, teori tertentu dalam berbagai gagasan dapat memuaskan bagi masalah yang terjadi. Namun setelah pengalaman bertambah dan semakin rumit, maka apa yang tadinya benar, meluas dan berkembang mencari kondisi yang baru. Jadi menurut james tidak ada kebenaran yang mutlak, yang Berlaku umum, bersifat tetap, dan berdiri sendiri terlepas dari akal yang mengenal. Kebenran itu akan selalu berubah, sejalan dengan perkembangan pengalaman, karena apa yang dikatakan benar dapat dikoreksi dalam pengalaman berikut.
c.                         Jonh dewwey (1859-1952)
 Setelah james, muncul john dewey dengan suatu pandangan yang disebut instrumentalisme. Ia merupakan seorang pemikir yang berpengaruh pada zamannya, dan ia mengembangkan teori pengetahuan dari sudut peranan biologis dan psikologis. Konsep-konsepnya merupakan bimbingan untuk mengarahkan kegiatan intelektual manusia kearah masalah sosial yang muncul pada waktu.        Menurut dewey, pengalaman tersebut oleh interaksi antara lingkungan dan organisme biologis. Kegiatan berfikir timbul disebabkan terjadinya gangguan terhadap situasi itu, denagn cara membuat hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan selanjutnya. Dewey menegaskan, bahwa berfikir, khususnya berfikir ilmiah, merupakan alat untuk memecahkan masalah.
Pengalaman  manusia membentuk aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Kita mulai berfikir tidak hanya berfikir biasa, melainkan berfikir reflektif (reflektive thinking). Berfikir akan terjadi apabila kita menghadapi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, manusia mempunyai pikiran, akal, atau pendapat. Pikiran atau akal kita gunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga kita mencapai  tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan. Ide atau pikiran itu dirumuskan dalam bentuk hipotesis, atau hipotesis kerja, sebagai alat untuk memcahkan masalah yang konkret.
      Eksprimen merupakan bagian bagian pokok dalam proses pengetahuan. Dengan pragmatisme, john dewey menerapkannya dalam kedalam proses pendidikan. Ia mengembangkan metode problem solving atau metode memcahkan masalah, sebagai penyempurnaan dari metode lama yang sifatnya hannya menuangkan informasi bagi para siswa disekolah. Sebagai hasil penerapannya ini, pendidikan maju pesat. Anak didik tidak hanya saja mendapatkan berbagai disiplin tetapi anak juga diharapkan dengan berbagai situasi yang merupakan kesempatan baginya untuk mengembangkan cara mengatasi kesulitan tersebut. Dalam memecahkan masalah, anak dibawa berfikir melewati beberapa tahap, yang disebut metode berfikir ilmiah sebagai berikut :
1.      Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah.
2.      Menganalis masalah tersebut, dan menyususun hipotesis- hipotesis yang mungkin.
3.      Mengumpulkan datta yang akan membatasi dan memeprjelas masalah.
4.      Menguji dan menganalisis masalah.
5.      Menguji, mencoba, dan membuktikan.
F.  Fenomenologi
Fenomenologi mengemukakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi. Kenyataan atau realisasi tidak harus didekati dengan argumen-argumen, konsep- konsep, dan teori umum, maupun dengan menggunakan pendekatan empiris seperti dengan observasi dan eksprimen. Didalam fenomenologi lebih menunjukkan suatu merode dalam filsafat dibandingkan dengan suatu ajaran.
a.      Edmund hussert
Hussert mencoba menyususun metode yang menyikapkan seolah-olah memperlihatkan keadaan hakiki pada tiap-tiap objek pengetahuan yang mungkin ada, tanpa dicampuri dengan refleksi  dan pengetahuan serta pengalaman sedikitpun sebelumnya. Hussert mencoba menguraikan objek yang dilihatnya yang diluar dengan melepaskan pretensi, bahwa ia sanggup menerangkan segala sesuatu tentang objek tersebut, ia mengabaikan realisasi yang cocokdengan objek tersebut, ia juga melepaskan kepribadiannya yang sebelumnya dapat menghalangi untuk membuka tabir dari objek yang ia amati, ia mencoba melepaskan segala sesuatu yang bukan inti.
Fenomenologi sanggup memberi bahan-bahan pengertian yang murni, yang perlu sebagai dasar bagi segala pemikiran filsafat oleh para penganutnya, fenomenologi dianggap sebagai ilmu dasar.
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, ialah dengan menggunakan intuisi langsung, karena dapat dijadikan kriteria terakhir dalam filsafat. Jadi kesadaran harus dijadikan sebagai dasar filsafat. Menurut hussert fenomenologis sebenarnya merupakan teori tentang fenomena, ia mempelajari apa yang  tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomena.
2.      Scheler
Bagi scheler, metode fenomenologis sama dengan suatu cara tertentu untuk memandang realitas. Fenomenologi lebih merupakan sikap, bukan suatu prosedur khusus yang diikuti oleh pemikran (diskusi, induksi, observasi, dan lain-lain teknik bberfikir).  Dalam sikap ini kita mengadakan hubungan langsung dengan realistis berdasarkan intuiasi. Dimana scheler menyebutkan hubungan tersebut dengan “pengalaman fenomenologis”.
Menurut shceler ada tiga fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman fenomenologis, yaitu :
1.      Fakta natural.
2.      Fakta ilmiah.
3.      Fakta fenomenologis.
G.    Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan beroangka kepada eksistensi. Eksistensi adalah cara manusia berada didalam dunia. Cara berada manusia didunia, berbeda dengan cara beradanya benda-benda material. Keberadaan benda-benda material. Keberadaan benda-benda tersebut tidak sadar akan adanya dirinya tersebut, dan juga tidak akan komunikasi satu sama lainnya. Tidak demikian berada manusia didunia ini. Manusia berada bersama manusia, dan benda –benda itu akan berarti karena manusia. Eksistensialisme berasal dari pemikiran soren kierkegard.
Bagi eksistensialisme, benda-benda materi, alam pisik, dunia yang terpisah dari manusia, tidak akan bermakna atau tidak akan mempunyai tujuan. Jadi dunia ini hanya akan bermakna karena manusia. Eksistensialisme mengakui bahwa apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan adalah cukup asli, namun tidak memiliki makna kemanusiaan seara langsung. Demikian dikemukakan oleh kneller.
Paham ini memeiliki pandangan yang berbeda-beda, namun ddemikian pandangan-pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan diantaranya :
1.      Motif pokok ialah apa yang disebut dengan eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi, eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada mausia, karena itu bersifat humanis.
2.      Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan.
3.      Dalam filsafat eksitensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah relaitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat kepadadunia sekitarnya, terlebih  kepada manusia sesamanya.
4.      Filsafat eksitensialisme memberikan tekan kepada pengalaman yang konkret, pengalaman yang eksistensial.
Berbicara tentang nilai, eksistensialme menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensial untuk suatu tindakan. Demikian kata martin buber, memang manusia meliki kebebasan untuk memilih sesuatu, tetapi menentukan pilihan antara pilihan-pilihan yang baik adalah yang paling sukar. Berbuat itu akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya.
      Mengenai teori pengetahuan, eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh fenomenologis, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana yang dinampakkan diri dari benda-benda tersebut terhadap kesadaran kita. Menurut eksistensialisme, pengetahuan kita tergantung kepada pemahaman kita tentang realitas, tergantung pada interpretasi kita tentang realistas.
H.  Filsafat Pancasila  Dipakai Sebagai Dasar Negara Indonesia
Menurut sejarahnya, pancasila diadakan atau dirumuskan dengan tujuan untuk  dipakai sebagai dasar negara indonesia merdeka ( republik indonesia). Bukti –bukti sejarah yang menyatakan bahwa pancasila adalah dasar negara republik indonesia dapat disampaikan diantaranya  sebagai berikut :
1.      Dalam pembukaan sidang pertama badan penyelidik usaha –usaha persiapan kemerdekaan tanggal 29 mei 1945,Dr.K.R.T rajiman wedyodiningrat sebagai ketua badan penyelidik mwminta agar sidang BPUPK mengemukakan daar indonesia merdeka.
2.      Pada tanggal 29 mei 1995 mr. Muhammad yamin pada permulaan pidato dalam sidang badan penyelidik, mengatakan sebagai berikut, “ kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan- bahan yang menjadi dasar dan susunan negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat indonesia dengan korban darah daging sejak ratus-ratus tahun...”
Dengan menunjukkan bukti-bukti atau data-data sejarah pancasila kepada kita, bahwa memang asal mula atau tujuan untuk dipergukan sebagai dasar negara kita, yakni daar republik indonesia.
Dalam abad ini perlu di kembangkan, bahwa pancasila sebagai dasar negara itu digali dari pandangan hidup bangsa indonesia. Oleh sebab itu pada hakikatnya pancasila mempuyai dua pengertian pokok, yaitu pancasila sebagai dasar negara, dan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Penyebutan atau pengertian yang bermacam-macam yang dihubungkan dengan pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok tersebut diatas, dan kira dapat dirumuskan secara sistematis sebagai berikut:
d.      Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia.
e.       Pancasila sebagai kepribadian indonesia.
f.       Pansila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia.
g.      Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia (dasar falsafah negara republik indonesia).
h.      Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dari negara republik indonesia.
i.        Pancasila sebagaperjanjian luhur bangsa indonesia.
j.        Pancasila sebagai falsafah hidup yang memeprsatukan bangsa indonesia.
 Dari uraian ditas dilihat dari segi positifnya, ini berarti pancasila dapat diterima dan dipergunakan bangsa indonesia dalam segala bidang kehidupan.dianatranya adalah bahwa pancasila dapat diperguanakan sebaga alat pemersatu bangsa indonesia, karena didalam pancasila juga terdapat asas-asas persatuan dan kesatuan bagi kehidupan bersama segenap bangsa indonesia, sehingga dengan pancasila persatuan dan kesatuan bangsa indonesia menjadi kukuh dan kekal,  itulah sebabnya, maka falsafah pancasila telah diangkat dari falsafah bangsa menjadi dasar negara republik indonesia.




[1] H. Burhanuddin salam, logika materiil(filsafat pengetahuan ),(bandung:PT rineka cipta, 1997) h:188
[2] http://initialdastroboy.wordpress.com/2011/03/30/aliran-positivisme-dalam-teori-sejarah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar