Sabtu, 07 Januari 2012

makalah sosiologi pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG MUNCULNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A.LATAR BELAKANG MUNCULNYA PEMIKiRAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
         Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi , sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi , karna selama hidupnya ia telah menjadi masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan social atau hubungan antar manusia . sejak lahir didunia kia sudah berhubungan dengan orang tua misalnya ,dan semakin meningkat usianya ,bertambah luas pulalah pergaulan dengan manusia lain di masyarakat
         Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda ,walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama ,sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban ,mayarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perrhatian .”awal mulanya  ,orang-orang yang meninjau masyarakat ,hanya terarik masalah-masalah yang menarik perhatian umum ,seperti kejahatan ,perang , kekuasaan golongan yang berkuasa ,keagamaan dan lain sebagainy.,dari pemikiran serta penilaian   yang  demikian itu ,orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan ,dimana orang menguraikan harapan –harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkan atau yang ideal.dengan dengan timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah –kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat “.[1]nilai-inilai dan kaidah –kaidah mana dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai semua manusia selama hidup didunia .
         Semua itu merupakan idaman-idaman manusia dikala itu yang ada umumnya bersifat utopis .artinya ,orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah –kaidah masyarakat yang di idam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada didalam masyarakat pada suatu waktu tertentu .perbedaan yang tidak jarang menimbulkan prtentangan anatara harapan dan kenyataan ,dan memaksa para ahli pikir untuk mencari sebab –sebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-keyataan didalam masyarakat ,sehingga timbul berbagai macam teori  tentang  masyarakat .lambat laun teori –teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan netral ,terlepas dari harapan –harapan pribadi para sarjana yang mempelajari dan juga dari penilaian baik buruk mengenai gejala– gejala atau unsure yang dijumpai didalam tubuh masyarakat itu ,sehingga timbullah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat.
            Munculnya sosiologi sebagai sebuah ilmu, selain merupakan hasil dari proses empiricall-historis, juga merupakan hasil dari proses perkembangan pemikiran filosofis. ”Fenomena empiris yang melatarbelakangi situasi sosial-politik di Eropa Barat pada abad ke-15 sampai dengan abad ke-18 sangat mempengaruhi berkembangnya pemikiran-pemikiran sosiologis pada saat itu, dan menjadi landasan berpikir bagi pengembangan konsep serta teori pada masa-masa selanjutnya. Seiring dengan kondisi historis yang berubah, perkembangan pemikiran sosiologi didorong pula oleh munculnya pandangan-pandangan filosofis tentang positivisme, yaitu mencari penjelasan semua gejala alam dan sosial dengan mengacu pada deskripsi dan hukum ilmiah”[2].
          Penjelasan yang bersifat historis dan filosofis, selanjutnya akan mengantarkan pada pemahaman tentang subject-matter atau pokok bahasan sosiologi yang membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, dan dengan demikian akan memberikan jawaban tentang hakekat dari sosiologi. Kompleksitas permasalahan yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran sosiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi keragaman cara pandang, sehingga sosiologi lalu dinyatakan sebagai ilmu dengan paradigma majemuk (’a multiple paradigm science’).


B.MUNCULNYA SOSIOLOGI SEBAGAI SEBUAH ILMU
          ”Menurut Berger dan Berger, pemikiran sosiologi berkembang ketika masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap benar dan seharusnya, yang menjadi pegangan manusia’ (threats to the taken-for-granted world). Maksudnya yaitu, suatu keadaan masyarakat dimana tatanan sosial (’social order’) yang diyakini oleh sebagian besar anggota masyarakat terancam oleh berbagai bentuk perubahan .”[3]
          Sampai abad ke-18 Eropa Barat didominasi oleh sistem feodalisme yang sangat elitis dan mapan. Perkembangan yang terjadi kemudian, mengikuti tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15, adalah munculnya kesadaran bahwa dominasi feodalisme sangat menghambat perkembangan kelompok intelektual serta kelas menengah. Bangkitnya kelas menengah mewarnai sebuah proses perubahan jangka panjang, seperti tumbuhnya kapitalisme, perubahan-perubahan sosial dan politik, meningkatnya individualisme, serta lahirnya ilmu pengetahuan modern.  Dua revolusi penting pada abad ke-18, yang bisa diidentifikasi ialah
(1) Revolusi Industri,
(2) Revolusi  perancis
         ”Gejolak sosial dan politik yang terjadi pada masa itu telah menggoncang masyarakat Eropa, serta menggoyahkan tatanan sosial yang lama mapan. Faktor ini merupakan penyebab utama mengapa pemikiran sosiologi mulai berkembang secara serentak di beberapa negara Eropa (Inggris, Perancis, Jerman), dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, yaitu pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Pada masa-masa inilah peran para tokoh sosiologi klasik berawal.”
          Terganggunya tatanan sosial serta perubahan-perubahan mendasar pada tataran suprastruktur mendorong para pemikir dan intelektual pada saat itu untuk mencari jawaban-jawaban yang rasional, serta menemukan formula yang mampu menguraikan semua gejala sosial yang muncul. Lahirlah kemudian pemikiran-pemikiran cemerlang tentang masyarakat, perubahan sosial serta konflik sosial dari tokoh-tokoh seperti, Auguste Comte (1798-1857), Herbert Spencer (1820-1903), Karl Marx (1818-1883), Emile Durkheim (1858-1917) dan Max Weber (1864-1920). Mereka ini kemudian diakui oleh para tokoh sosiologi abad 20 (tokoh sosiologi modern) sebagai perintis awal serta peletak dasar pemikiran sosiologi, sebagai ’the founding fathers’, dan oleh Lewis Coser dianggap sebagai ’masters of sociological thought’, yang memberikan sumbangan penting bagi lahir dan berkembangnya sosiologi sebagai sebuah ilmu.
Kata sosiologi untuk pertama kali dipakai oleh seorang filosof prancis , aguste comte ,sebagai suatu disiplin ilmu ,sosiologi lahir sebagai bagain dari tradisi intelektual yang bertumpu pada karangka pemikiran eropa barat dan amerika .para peletak dasarnya tidak terdidik sebagai ahli sosiologi ,melainkan sebagai ahli hokum ,filisof dan ilmu ekonomi  [4].
Pemikiran filosofis Comte ini diutarakan dalam bukunya yang terkenal’Course de Philosophie Positive’. Dalam buku ini mengemukakan pandangannya mengenai hukum kemajuan manusia dan masyarakat yang melewati tiga tahap atau jenjang. Tahap pertama adalah teologi, yaitu manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat adikodrati atau supranatural. Tahap kedua adalah metafisika, yaitu manusia mengacu pada kekuatan metafisik atau abstrak. Pada tahap ketiga, atau yang tertinggi, adalah tahap positif, yaitu manusia mencari penjelasan gejala alam maupun sosial dengan mangacu pada deskripsi ilmiah.    
Positivisme atau filsafat positif inilah yang menjadi landasan filsafat bagi munculnya sosiologi pada masa itu. Karena memperkenalkan metode positif ini maka Comte dikenal sebagai perintis positivisme. Pada pandangan Comte, sosiologi harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam yang mendahuluinya. Dengan kata lain sosiologi harus menjadi sebuah ilmu yang positif



[1] Soejarno soekanto ,sosiologi suatu pengantar .jakarta :PT raja grafindo ,1990 :h:2
[2] Jhon herman ,diakses pada  4 maret 2011 dari http://jhon214.blogspot.com/2011/01/multiparadigma-dalam-sosiologi.htm

[3] Ibid
[4] Hasan basari .beberapa perspektif sosiologi pendidikan .,Jakarta :PT rajawali 1986 h:3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar