Minggu, 25 Desember 2011

ilmu pendidikan islam

BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
A.PENGERTIAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
“Tujuan ialah suatu  yang diharapkan tercapai setelah sesuatu atau usaha atau kegiatan selesai.”[1] maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Menurut Dr.zakiah daradjat bahwa tujuan pendidikan islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuat insan kamil dengan pola takwa, insan kamil maksudnya adalah  manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal  karena takwanya kepada allah swt, ini mengandung arti bahwa pendidikan islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya serta masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini kepentingan hidup didunia kini dan diakhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan karangka-karangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukalah suatu yang mustahil.
            Adapun konsep tujuan  pendidikan menurut omar muhammad at-taumy asy-syaibani yang dikutip oleh bukhari umar adalah perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya, pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya maupun pada proses pendidikan dan pengajaran itu sendiri sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat.[2] jadi menurutnya pendidikan dipandang tidak berhasil atau tidak mencapai tujuan apabila tidak ada perubahan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan suatu progam pendidikan.
B. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
  1. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu merupakan seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan karangka yang sama.bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
      Adapun cara atau alat yang paling efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pendidik pengajaran, karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun kalau istilah ini sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti,  menguasai, ahli: belum tentu menghayati dan menyakininya ). Sedangkan pendidikan ialah menjadi orang terdidik ( mempribadi, menjadi adat kebiasaan). Maka pengajaran agama seharusnya mencapai tujuan pendidikan agama.[3]
      Tujuan umum pendidikan islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan kenyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal ( sekolah, madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional.
2.Tujuan akhir
            Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengambangkan, memelihara, dan mempertahankan, tujuan pendidikan islam yang telah dicapai.orang yang telah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangkan dan penyempurnaaan, sekurang - kurangya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri  dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan islam itu dapat dipahami dalam firman allah :




Artinya : “wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada allah dengan sebenar-benarnya takwa;dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran islam)’’.(q.s.ali-imran : 102)
            Mati dalam keadaan berserah diri kepada allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhir. Insan kamil yang mati dan akan menghadap tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.
3. Tujuan semetara
 Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setalah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU danTIK ), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.
            Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.tujuan pendidikan islam seolah-olah  merupakan lingkarang kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Disinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.
            Sejak tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar, gambaran insan kamil itu hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan islam. Karena itu setiap lembaga pendidikan islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan islam sesuai dengan tingkatan jenis pendidikannya. Ini berarti bahwa tujuan pendidikan islam dimadrasah tsanawiyah berbeda dengan tujuan dimadrasah aliyah, dan tentu saja berbeda dengan di SMP. Meskipun demikian, polanya sama, yaitu takwa dibentuknya sama, yaitu insan kamil. Yang berbeda hanya bobot dan mutunya.
4. Tujuan operasional, ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan oprasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit –unit kegiatan pengajaran.
            Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat oprasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang lebih rendah, sifat yang berisi  kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya ia dapat berbuat, terampil dalam melakukan, lancar mengucapkan. Mengerti, memahami, menyakini dan mengahayati adalah soal kecil. Dalam pendidiakn akal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan kaifyat shalat, akhlak dan tingkah laku,. Pada masa permulaan yang terpenting ialah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah ( ucapan ) ataupun perbuatan badan lainnya. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk insan kamil yang semakin sempurna (meningkat ). Anak sudah terampil melakukan ibadah, ( sekurang-kurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami dan mengahayati ibadat itu.
C. PRINSIPI- PRINSIP DALAM FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Upaya dalam pencapaian tujuan pendidikan harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin, walaupun dalam kenyataan manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal. Dengan demikian supaya dalam merumuskan tujuan pendidikan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Menurut asy-syabani yang dikutip oleh bukhari umar prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Prinsip universal  ( syumuliyah ). Prinsip yang memandang keseluruhan aspek agama ( akidah, ibadah, dan akhlak serta muamalah ), mayarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup. Prinsip ini menimbulkan formulasi tujuan pendidikan dengan membuka, mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dan kesedian segala dayanya, serta meningkatkan keadaan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik, untuk menyelesaiakan semua masalah dalam menghadapi tuntunan masa depan,
2.    Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan ( tawazun wa iqtishadiyyah ). Prinsip ini adalah keseimbaangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan invidu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini, serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.
3.    Prinsip kejelasan ( tabayun ). prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia ( qalbu, akal ,dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.
4.    Prinsip tidak bertentangan. Prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaanya, sehingga antara satu kompenen dengan kompenen yang lain saling mendukung .
5.    Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adanya khayalan dalam kandungan progam pendidikan, tidak berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang praktis dan realitis, yang sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosioplotik, dan sosiokultural yang ada.
6.    Prinsip perubahan yang diinginkan. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniah, ruhaniah, dan nafsiyah. serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamis kesempurnaan pendidikan.
7.    Prinsip menjaga perbedaan – perbedaan individu. Prinsip yang memperhatikan perbedaan peserta didik, baik ciri-ciri, kebutuhan, kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi, sosial, dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua individu tidak sama dengan yang lain.
8.    Prinsip dinamis dalam menerima perubahan perkembangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanakan.
Prinsip –prinsip diatas harus diperhatikan oleh perancanang atau perumus.[4]
tujuan pendidikan islam agar proses pendidikan islam berhasil guna dan berdaya guna.tanpa memperhatikan prinsip- prinsip dimaksud, proses pendidikan islam tidak akan dapat terlaksana dengan baik,sekaligus tidak dapaat berjalan secara maksimal.
D. ASPEK –ASPEK TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Menurut H. Ramayulis dalam bukunya ilmu pendidikan islam aspek tujuan  pendidikan islam  itu meliputi empat hal :
1.      Tujuan Jasmaniah (Ahdaf Al-jismiyyah )
Tujuan pendidikan dikaitkan dengan tugas manusia selaku khalifah dimuka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus disamping rohani yang teguh.dalam hadis rasuluallah saw yang artinya : “orang –orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dsayang allah dari pada mukmin yang lemah”.
Jadi tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi .[5]
2.      Tujuan Rohaniah (Ahdaf Al-Ruhyyah )
Tujuan pendidikan rohaniah yakni diarahkan kepada pembentukan akhlak mulia.Muhammad Qutb yang dikutip oleh ramayulis  mengatakan bahwa tujuan pendidikan ruhiyyah mengandung pengertian “ruh “ yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia  dengan allah, dan pendidikan islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa  sehingga selalu tetap berada didalam hubungan dengan allah.
3.      Tujuan Akal ( Asdaf Al-Aqliyah )
Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang bearda dalam otak sehingga mampu memahami dan menaganilis  fenomena – fenomena ciptaan Allah dijagat raya ini. Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan pikiran manusia sehingga daripadanya  ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang dan makin mendalam.
4.      tujuan sosial (Asdaf Al-Ijjtima’iyah )
tujuan sosial ini sangat penting karena manusia sebagai khlafah dibumi seyogyanya mempuyai kpribadian yang seimbang, yang tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehhidupan masrakat
      Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok didalam mayarakat atau keluarga, atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai anggota masyarakat. Kesesuaian dengan cita –cita  sosial diperoleh dari individu –individu. Maka persaudaraan dianggap  sebagai salah satu kunci konsep sosial dalam islam yang menghendaki setiap individu memerlukan individu yang lain dengan cara tertentu.
      Keserasian antara individu dan masyarakat tidak mempunyai sifat kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individual. Pendidikan menitik-beratkan  perkembangan –perkembangan karakter –karakter yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan yang seperti inilah yang merupakan karekteristik pertama yang akan dicari  dalam tujuan pendidikan islam. 
E. RANAH TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Ranah tujuan yang meliputi, domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut winkel (1996) yang dikutip rama yulis mengemukakan taksonomi atau klasifikasi sebagai berikut :
  1. Ranah kognitif(kognitive domain) diantaranya: pengetahuan, pemahaman,penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
  2. Ranah afektif (affective domain) dianatara : penerimaan, partispasi, penilaian, organisasi, pembentukan pola hidup.
  3. Ranah psikomotor (psychomotorik domain), dianataranya : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa , gerakan kompleks , penyesuaian dan kreativitas.
      Adapun ranah tujuan pendidikan islam sebenarya lebih luas dari ranah diatas, disamping kognitif afektif, dan psikomotor, juga meliputi ranah konatif dan perfomence. Konotatif, berhubungan dengan motivasi  dan dorongan dari dalam atau disebut dengan niat, sebagai titik tolak peserta didik untuK melakukan sesuatu. Sedangkan perfomence adalah kualitas atau kinerja yang dilakukan  seseorang, misalnya ranah tujuan ibadah shalat. Ranah kognitif  yaitu pengetahuan tentang shalat, ranah konatif adalah Niat (motivasi ) melaksanakan shalat, ranah psikomotor pengalaman shalat, ranah afektif, pengaruh sholat terhadap mental, dan ranah perfomence seperti khusu’ tawadhu’ dan tumaninah.



[1] Dr. Zakiah daradjat,dkk, ilmu pendidikan islam( jakarta ;bumi aksara ,1991) h:29
[2] Drs.Bukhari umar,ilmu pendidikan islam ,(jakarta :amzah , 2010) h :51
[3] Dr.Zakiah darajdat, ilmu pendidikan islam,h :30
[4] Dr.Abdul mujib, M.ag.ilmu pendidikan islam,( jakarta : kencana,2006) h:73
[5] H. Ramayulis, ilmu pendidikan islam,(Jakarta : kalam mulia,1992) h:144

1 komentar: